Pengendalian Inflasi Daerah untuk Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat

Jakarta, 21 November 2017,- Ratusan wartawan yang berasal dari 34 Provinsi dan menjadi stakeholder dari 46 Kantor Perwakilan Bank Indonesia mengikuti Pelatihan Wartawan Daerah Bank Indonesia tahun 2017, yang berlangsung di Puri Agung Convention Hall Grand Sahid Jaya Hotel, Jalan Jend. Sudirman, Jakarta, Senin (20/11/2017).

Mengambil tema “Pengendalian Inflasi Daerah untuk Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat” dengan narasumber Yoga Affandi Direktur Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Iskandar Simorangkir Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah, Lana Soelistyoningnsih Pengamat Ekonomi Samuel Sekuritas dan selaku Moderator Primus Dorimulu Pemimpin Redaksi Investor Daily, Suara Pembaruan dan Beritasatu.com.

[Baca ya : Ratusan Peserta Ikut Pelatihan Wartawan Daerah Bank Indonesia di Jakarta]

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan, ada beberapa cara yang sebenarnya bisa kita gunakan untuk mengendalikan inflasi di daerah. Saya belajar di daerah Jawa Tengah, kami mengendalikan kondisi ekonomi yang cukup besar.

BACA YUK:  Bank Indonesia Cirebon Siapkan Rp 3,9 Triliun Untuk Penukaran Uang Rupiah Selama Momen Idulfitri 2024

“Pertumbuhan ekonomi kita lumayan, selalu di atas nasional, tetapi kemiskinan masih tinggi dan ternyata ini menjadi perhatian kita semua,” ujarnya saat memberikan materi di Pelatihan Wartawan Daerah Bank Indonesia tahun 2017.

Kata Ganjar, Jawa Tengah berhasil mengendalikan inflasi dalam level yang rendah. Inflasi yang rendah dapat mengurangi kemiskinan dan ketimpangan terutama bila harga pangan menurun mengingat konsumsi pangan mempunyai pasar besar pada pengeluaran kelompok masyarakat miskin.

“Inflasi rendah akan mengurangi resiko spekulan oleh produsen yang melakukan penimbunan barang,” tandasnya.

Selain itu, Iskandar Simorangkir, Deputi Bidang Kordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan menuturkan, inflasi secara keseluruhan relatif terkendali. Inflasi Oktober 2017 mencapai 0,01 persen (MOM) dan 3.58 persen (YOY).

“Hingga Oktober 2017, inflasi mencapai 2.67 persen (YTD). Inflasi pangan terus mengalami tren penurunan sejak awal tahun dan mulai dapat dikendalikan dengan semakin intensnya koordinasi baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia dalam menjaga ketersediaan pasokan dan stok,” bebernya.

BACA YUK:  Harga Makanan Sumbang Inflasi Terbesar di Jabar

Lanjut dia,inflasi yang rendah terjadi di sejumlah daerah terutama Sumatera dan Jawa. Secara agregat, inflasi di kedua wilayah tersebut masing-masing tercatat sebesar 0,23% dan 0,02 inflasi di Sumatera dan Jawa disebabkan oleh peningkatan harga cabai merah dan beras.

“Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Jika inflasi tinggi menghambat investasi produktif, keinginan menabung serta menyebabkan pelaku ekonomi lebih terdorong melakukan investasi jangka pendek,” paparnya.

Sementara itu, Lana Soelistyoningnsih, Pengamat Ekonomi Samuel Sekuritas mengatakan, inflasi menjadi kunci kesejahteraan yang mempengaruhi daya beli dan daya beli sebagai ‘proxy’.

“Siklus ekonomi jangka pendek mengandung 3 indikator utama. Pada siklus melambat ditandai dengan pertumbuhan ekonomi melambat, tingkat inflasi menurun, dan tingkat penganguran meningkat,” jelas Lana.

Sumber inflasi dari sisi permintaan, kata Lana, dikenal sebagai ‘demand-pull inflation’. Kenaikan harga (inflasi) yang bersumber dari permintaan diantaranya karena kebijakan moneter ekspansi dengan menambah jumlah uang beredar, kebijakan ekspansi fiskal, naiknya pendapatan masyarakat.

BACA YUK:  Libur Idulfitri 1445H, Ribuan Wisatawan Kunjungi Goa Sunyaragi

Kemudian, dorongan permintaan dari masyarakat, misalnya karena faktor musiman seperti puasa, lebaran, natal, dan tahun baru. Lalu, perubahan selera, struktur demografi, dan ekspetasi terhadap harga di masa mendatang. Jika harga cenderung naik, masyarakat akan beli sekarang. Saat ini banyak diskon, jadi belinya nanti-nanti saja.

POPULAR :
Terminal Cirebon akan Bersaing dengan Singapura di Proyek Film ini
Golongan 1.300-3.300 VA Dihapus, Tarif Listrik Akan Naik?
Mau Dapat Mobil? Ikutan Yuk Grage Ama21ng Night Walk

“Kesimpulannya ada tren inflasi yang ditengarai sebagai efek melambatnya ekonomi, menurun pendapatan (daya beli) dan menurunya permintaan, sumber inflasi bersumber dari sisi permintaan dan kebijakan perimintaan dalam stabilitas harga membuat harga terjangkau melalui HET di tengah daya beli yang melembah, tetapi perlu pertimbangan dapak negatifnya bagi dunia usaha,” pungkasnya. (AC212)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *