Tradisi Grebeg Syawal Keraton Kasepuhan Cirebon Diwarnai Insiden Penolakan

Cirebon – Kegiatan tradisi grebeg syawal yang digelar Keraton Kasepuhan Cirebon diwarnai insiden. Rombongan yang terdiri keluarga besar Keraton Kasepuhan ditolak masuk ke makam Sunan Gunung Jati Desa Astana Kecamatan Gunungjati Kabupaten Cirebon, Jumat (19/4/2024).

Saat rombongan hendak masuk ke makam didapati sebuah spanduk provokasi di halaman depan makam Sunan Gunung Jati. Dalam spanduk tersebut tercantum kalimat penolakan mengakui Luqman Zulkaedin sebagai Sultan Kasepuhan.

“Kami Keluarga Besar Keluarga Kesultanan Cirebon Tidak Mengakui Lukman Zulkaedin sebagai Sultan Kasepuhan!!!” tulis spanduk tersebut.

Pangeran Raja Adipati (PRA) Luqman Zulkaedin merupakan Sultan Sepuh XV menggantikan sang ayah, Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat yang mangkat pada 22 Juli 2020.

Tak hanya itu, akses masuk ke area pemakaman keluarga Kesultanan Kasepuhan Cirebon pun ditutup dan dikunci.

BACA YUK:  Program Angkutan Motor Gratis Hadir di Stasiun Prujakan Cirebon

Dikutip dari video yang diterima redaksi, adik Luqman Zulkaedin, Pangeran Raja Muhamad Nusantara yang kerap disapa Lala ini tampak emosi. Padahal niatnya hanya untuk berziarah ke makam orang tua dan leluhurnya. Karena di komplek makam itu terbaring pula jasad sang Ayah, Sultan Arief.

“Nggak ada urusan, saya mau (ziarah) ke (makam) orang tua (Sultan Arief) kok,” katanya. Sejumlah anggota keluarga Kesultanan Kasepuhan Cirebon berusaha menenangkan Lala ini.

Beberapa di antaranya, memegangi Lala yang terlihat kesal, salah satunya Patih Sepuh Pangeran Raja Goemelar Soeryadiningrat yang merupakan adik kandung Sultan Arief Natadiningrat.

“Istighfar, istighfar. Iya sama (mau ziarah),” ujar Goemalar sambil menenangkan Lala.

BACA YUK:  Libur Panjang Isra Miraj dan Imlek, Jumlah Pengunjung Goa Sunyaragi Cirebon Meningkat

Keluarga besar Keraton Kasepuhan sendiri tetap menggelar Grebeg Syawal dan berziarah di pintu Ganggong yakni pintu ketujuh yang merupakan lokasi umum dari Makam Sunan Gunung Jati ini.

PR Goemelar mengaku jika pihaknya menggelar Grebeg Syawal sebagai tradisi dan berziarah ke makam orang tua dan leluhur, maupun bersilaturahmi dengan masyarakat.

“Kami mengadakan tradisi Grebeg Syawal, intinya ke sana silaturahmi ke leluhur, berdoa, bermunajat kepada Allah SWT. Sebagai penerus, kita harus mengingat jasa para leluhur,” kata Patih Sepuh.

Terkait adanya kejadian penutupan pintu, Patih Sepuh mengaku sangat menyesalkan, karena tindakan tersebut semestinya tidak perlu dilakukan.

“Adapun penutupan pintu, buat kami sangat prihatin. Kami sebetulnya ingin ziarah, seharusnya tidak ada tindakan penutupan pintu ke akses makam orang tua,” ungkapnya.

BACA YUK:  Bupati Imron Sambut Baik Program PTSL di Kabupaten Cirebon Targetkan Selesaikan 40ribu Sertifikat

Atas kejadian ini, Patih Sepuh mengaku akan berembuk dengan keluarga. Kemudian mempertanyakan kenapa sampai harus ada penutupan pintu.

“Insya Allah nanti kami keluarga berembuk, akan menyampaikan kenapa terjadi lagi penutupan pintu untuk ziarah. Musyawarah, mudah-mudahan ada solusi,” tuturnya.

Usai kejadian tersebut, keluarga kemudian berdoa di depan pintu. Setelah itu melaksanakan tradis Grebeg Syawal.

“Yang penting kami sekeluarga hari ini mengadakan Grebeg Syawal,” tandasnya.

Sebelumnya, kejadian serupa pernah juga terjadi di tahun lalu. Di mana terjadi penggembokan akses masuk makam utama.

Kondisi ini tidak lepas dari polemik tahta di Keraton Kasepuhan Cirebon pasca penobatan Luqman Zulkaedin sebagai Sultan Sepuh Keraton Kasepuhan. (ard)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *