Tajug Agung Kini Masjid Raya At Taqwa

Penulis : Syaeful Badar (Marbot Masjid Raya At Taqwa dan Dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon)

Cirebon, tidak hanya sekedar Kota dan Kabupaten yang kini kita lihat sekarang. Sejarah panjang Cirebon sebagai Pusat Kebudayaan dan Pemerintahan Kerajaan Islam di Nusantara menjadi kebanggaan Jawa Barat sebagai kota termaju di wilayah pantai utara Jawa Barat. Cirebon tempo dulu tercatat dalam sejarah memiliki Pelabuhan Muara Jati yang pernah di singgahi oleh Panglima Cheng Ho dari Tiongkok (Cina). Pusat Kerajaan Islam di Jawa bagian Barat dan pusat penyebaran seni dan budaya, hingga kini bangunan cagar budaya dari mulai keraton sampai beberapa bangunan tua masih terpelihara dengan baik. Termasuk beberapa bangunan Masjid Kuno juga masih dapat kita jumpai di beberapa sudut Kota Cirebon.

Beberapa masjid kuno yang masih bisa kita jumpai yaitu Masjid Pejelagrahan di samping Keraton Kesepuhan. Masjid Pejelagrahan merupakan masjid  yang pertama dibangun di lingkungan Keraton Kesepuhan. Selanjutnya ada Masjid Agung Cipta Rasa berlokasi di depan Alun-alun Kesepuhan, ada Masjid Jagabayan di Jalan Karanggetas, Masjid Merah Panjunan di Jalan Panjunan, Masjid Keraton Kanoman di Alun-alun Keraton Kanoman, Masjid Pangeran Kejaksan di Jalan Siliwangi, Masjid An-nur di Jalan Kantor, Masjid Asyyafi’i di Jalan Kolektoran dan Masjid Keramat Kalijaga di situs Sunan Kalijaga. Kota Cirebon memiliki dua Masjid Besar yaitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Alun-Alun Kesepuhan serta Masjid Raya At Taqwa di Alun-alun Kejaksan. Dua Masjid besar ini membuktikan bahwa Cirebon sebagai Kota Wali yang memiliki nilai sejarah yang sangat penting dalam penyebaran agama Islam di Nusantara.

Masjid Agung Sang Cipta Rasa Kasepuhan dan Masjid Raya At-Taqwa ibarat dua pilar kekuatan ruh Cirebon sebagai Kota Wali. Ini membuktikan hanya ada di Kota Cirebon bahwa satu kota memiliki dua Masjid Besar yang menjadi kebanggaan masyarakat Cirebon dan masyarakat Jawa Barat. Penyebutan Masjid Raya At Taqwa yang berlokasi di depan Alun-alun Kejaksan, karena di Kota Cirebon sebelumnya sudah ada Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Alun-alun Kesepuhan sehingga tidak mungkin dalam satu kota ada dua Masjid Agung. Sehingga kemudian Masjid At Taqwa disebut sebagai Masjid Raya At Taqwa, padahal sebutan Masjid Raya dalam literatur Kementerian Agama adalah masjid yang berada di Pusat Pemerintahan Provinsi.  Dalam tulisan ini penulis akan memaparkan masjid yang sekarang sedang kita gunakan untuk sholat Jum’at, yaitu Masjid Raya At Taqwa Kota Cirebon.

Masjid Raya At-Taqwa kota Cirebon didirikan pada tahun 1905 oleh Bupati Cirebon Salman Salmon Suriadiningrat di suatu kampung yang bernama Kejaksan yang terdiri dari dua bagian, yang satu untuk dipergunakan sebagai Tajug Agung (Masjid Raya At-Taqwa sekarang) dan setengah bagian yang lainnya dipergunakan sebagai alun-alun (Alun-alun Kejaksan sekarang). Pada tahun itu juga Jalan RA. Kartini merupakan jalan kereta api menuju ke Pelabuhan yang kemudian dipindahkan ke Jalan KS Tubun.

Nama Masjid Raya At-Taqwa Cirebon semula sebenarnya adalah Tajug Agung. Bangunannya sudah cukup lama dan tua, ruangannya terlalu kecil dan letaknya kurang menghadap Kiblat. Kemudian Raden Mas (RM) Arhatha, seorang kepala Koordinator Urusan Agama Cirebon mempunyai gagasan untuk merenovasi Tajug Agung itu ditempat yang lama dengan mengambil nama Masjid Raya At-Taqwa, karena sudah ada Masjid Agung yang terletak di Kasepuhan yang sekarang menjadi Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Seolah-olah pada waktu itu tidak dibenarkan dua nama yang sama pada dua masjid yang letaknya masih dalam satu kota, yaitu Tajug Agung dan Masjid Agung.

BACA YUK:  Cari Packaging Hampers Kekinian dan Unik di Cirebon, Ceyrilnita Craft Bisa Jadi Pilihan

Pada tahun 1951 terwujudlah bangunan masjid tersebut dengan sekaligus namanya atas kata sepakat dari teman-teman akrab R.M. Arhatha yang sudah barang tentu mengalami hambatan-hambatan. Walaupun hambatan tersebut akhirnya kemudian Masjid Raya At-Taqwa memiliki banyak ruangan yang serba guna, karena sebelumnya R.M. Arhatha menugaskan Urip Abdul Manan selaku pembuat gambar masjid bersama R.M. Dzajuli Wangsa Saputra yang kelak selaku Kepala Koordinator Urusan Agama Kabupaten atau Kotamadya Cirebon untuk meninjau atau meriset masjid Asy Syuhada di Yogyakarta yang telah dianggap sebagai masjid modern.

Sebagai bagian dari bangunan yang ada di Kota Cirebon, Masjid Raya At-Taqwa merupakan masjid yang secara tidak langsung kepemelikan dan kepengurusan menjadi tanggungjawab pemerintah Kota Cirebon. Hal ini terbukti dari beberapa catatan tentang kepengurusaan Dewan Kemakmuran Masjid Raya At-Taqwa Kota Cirebon yang selalu dipimpin oleh Kepala Dinas atau Kepala Kantor dan Direktur BUMD yang ada di Kota Cirebon. Hal ini terjadi karena sejak pembangunan awal sampai dengan tahun 1963  peran unsur birokrasi dalam merampungkan Masjid Raya At-Taqwa sangat berperan seperti biaya pembangunan Masjid. Pada waktu itu adalah dari ibu Garmini serta swadaya ABRI dan masyarakat, yang akhirnya diresmikan menjadi Masjid Raya At-Taqwa tahun 1963.

Seiring dengan perjalanan waktu, kepengurusan Masjid Raya At-Taqwa telah terjadi beberapa generasi antara alain setelah R.M. Arhatha,  kemudian dilanjutkan oleh A. Dasuki dan diteruskan oleh R.A. Dzajuli Wangsa Saputra. Kepemimpinan beliau-beliau pada waktu itu masing-masing sebagai Kepala Koordinator Urusan Agama Wilayah III Cirebon pada tahun 1969, kemudian dilanjutkan oleh R.H. Hulaemi, terus Rohana pada tahun 1970. Kemudian pada tahun 1971 sampai tahun 1980 dipimpin oleh K.H. Syamsudin. Nama Masjid pun tetap dengan nama At-taqwa. Kemudian kepemimpinan dilanjutkan oleh Drs. H. Syarif sebagai Kepala Kantor Departemen Agama tahun 1984.

Masjid Raya At-Taqwa direnovasi kembali, yang mana Masjid Raya At-Taqwa asalnya dua bangunan kemudian menjadi satu bangunan sampai sekarang. Adapun kepemimpinannya sesudah Drs. H. Syarief tahun 1987 terus dilanjutkan oleh Drs. H. Ghofar Soewarno yang saat itu menjabat  sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Cirebon, kemudian dua periode selanjutnya dipegang oleh  H. Nurdin Amardinata dan Ir. H. Subakat Soehada, MM. Saat itu Ir. H. Subakat Soehada menjabat Direktur Umum PDAM Kota Cirebon dan  untuk periode 2002 s.d. 2009 serta periode perpanjangan sampai Masjid Raya At-Taqwa Kota Cirebon diresmikan  dipimpin  H. Abas Sirad, SH.

BACA YUK:  Di Gedung Jaya Suprana Institute, SMSI Paling Awal Menerima Penghargaan MURI

Perkembangan Masjid Raya At-Taqwa tidak terlepas dari peran remaja masjid yang sebagian aktivis remaja masjid An-Nur yang beralamat di Jalan Kantor. Bergabung dengan seluruh aktivis remaja masjid yang ada di Kota Cirebon dengan membentuk Forum Komunikasi Remaja Masjid (FKRM) Kota Cirebon dan menjadikan Masjid Raya At-Taqwa, remaja Masjid Raya At Taqwa waktu itu  diketuai oleh Hadun Sanusi dan Sekretaris Drs. Ayi Azhari.

Bagi FKRM menempatkan Masjid Raya At-Taqwa sebagai pusat kegiatan remaja masjid Kota Cirebon secara politis sangat menguntungkan. Segala kegiatan yang dilakukan oleh FKRM yaitu PORSENI Remaja Masjid I dan PORSENI Remaja Masjid II, Festival Anak-Anak Masjid (FAM), Jambore Anak-Anak Islam Cirebon (JAMAIC) dan RAMAPALA atau Remaja Masjid Pencinta Alam, serta KOPREMASI atau Koperasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia Kota Cirebon.

Kemudian, FKRM yang merupakan satu-satunya wadah komunikasi dan silaturahim remaja masjid Kota Cirebon yang bermarkas di Masjid Raya At-Taqwa Kota Cirebon. Akhirnya pada tahun 1991 menjadi motivator dan inspirator terbentuknya Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kota Cirebon. Dalam catatan sejarah demonstrasi di Kota Cirebon FKRM-lah yang menjadi pelopor demonstrasi menentang pelarangan jilbab di sekolah, serta BKPRM dan Komite Geger menjadi pelopor demo anti judi di Kota Cirebon dengan membakar mesin judi ketangkasan di TPA Grenjeng Kalitanjung yang diangkut sekitar 13 kendaraan truk diperkirakan kerugiannya mencapai 3 milyar rupiah.

Geliat Masjid Raya At-Taqwa terus berkembang sesuai dengan kemajuan dinamika remaja dan masyarakat kota Cirebon. Berbagai kegiatan dan aktivitas jamaah masjid yang dipelopori oleh remaja masjid mampu melahirkan ide dan gagasan unutk menata dan membangun Kota Cirebon yang religius dan agamis sesuai dengan kultur Kota Wali. Dalam kepengurusan Dewan Kemakmuran masjid, DKM At-Taqwa juga mengalami terobosan yang sangat berbeda dengan system kepengurusan DKM Raya At-Taqwa sebelumnya.

Adalah Wali Kota Cirebon Drs. H. Lasmana  Suriatmadja, M.Si dan Kepala Kantor Departemen Agama Kota Cirebon Drs. H. Endang Misbahudin yang mendesain sistem pemilihan formatur dalam penyusunan pengurus DKM Raya At-Taqwa periode 2002 – 2007 dengan melibatkan langsung unsur jamaah dan tokoh masyarakat.

Melalui Surat Keputusan Wali Kota Cirebon dibentukalah tim formatur Penyusunan Pengurus DKM Raya At-Taqwa Kota Cirebon dengan susunan sebagai berikut :

Ketua merangkap Anggota:

Ir. H. Soebakat Suhada, MM (Ketua DKM Raya At-Taqwa)

Anggota-Anggota:

  • Drs. H. Endang Misbahudin (Kepala Kantor Departemen Agama Kota Cirebon)
  • H. Sudijatmo Prawiro (Tokoh Masyarakat)
  • Yudhi Rohedi K., S.H., SE., MM (Kabag Kesra)
  • H. Abas Sirad, S.H. (Jama’ah Masjid )
  • Syaeful Badar, S.Ag (Jamaah Masjid)
  • Ahmad Yani, S.Ag. (Remaja Masjid)

Masjid Raya At Taqwa Kota Cirebon terus berbenah membangun dan menata agar para jama’ah yang berkunjung merasa nyaman, tentram, tenang dan khusyu ketika beribadah, serta nyaman ketika beristirahat. Tidak hanya itu Masjid Raya At taqwa juga melengkapi diri dengan membangun Gedung Islamic Centre, Guest House, Pusat Kuliner dan Koperasi, Ruang Pertemuan, serta membangun gedung sekolah Taman Kanak-Kanak dan Rumah Tahfidz Qur’an.

BACA YUK:  HUT SMSI ke-7, Pengurus SMSI Karawang Gelar Donor Darah

Untuk melengkapi kebutuhan informasi bagi para pengunjung Masjid Raya At taqwa secara rutin menerbitkan Islamic News, Booklet Ramadhan, Buka Naskah Khotib serta Radio Dakwah At Taqwa. Keamanan dan kebersihan menjadi prioritas yang selalu di utamakan di Masjid Raya At Taqwa Kota Cirebon. Kabarkan yang terbaik tentang Masjid Raya At Taqwa kepada sahabat, teman, saudara, dan jama’ah yang lain, serta kabarkan dan kritik jika ada kekurangan langsung ke Pengurus Masjid Raya At Taqwa. Pintu hati kami selalu terbuka untuk kebaikan umat dan jama’ah Masjid Raya At Taqwa.

Sejarah Perkembangan Renovasi Masjid Raya At-Taqwa :

  • Tahun beridiri : 1905 (dengan nama Tajug Agung didirikan oleh Bupati Cirebon Salman Salmon Suriadiningrat asal Kabupaten Jepara)
  • Renovasi I : 1951 (dengan perluasan Masjid Raya At-Taqwa)
  • Renovasi II : 1963 (atap beton dengan momolo alumunium)
  • Renovasi III : 1984 (atap dan momolo diubah genteng )
  • Renovasi IV : 2005 direnovasi total dengan dinding /lantai granit, Masjid diubah dua Lantau dan di bangun menara utama.
  • Status Tanah : Sertifikat Hak Pakai (SHP.No.25)
  • Luas Tanah : 8.250 M2
  • Luas Bangunan Masjid : 3.250 M2
  • Tinggi Menara Utama : 65 M (15 lantai)

________________________________________________________________________

Penulis : SYAEFUL BADAR

Lahir: Tegal, 22 September 1968

Pendidikan Akhir : Magister Psikologi Pendidikan  Universitas Muhamadiyah Yogyakarta

Sejak tahun 1990 bekerja sebagai penyiar dan jurnalis radio siaran di Radio Maritim 102,6 FM Cirebon sampai menduduki jabatan sebagai Program Manager PT. Radio Maritim Rassonia 102,6 FM Cirebon. Keahlian di bidang penyiaran dan jurnalistik radio siaran mengantarkan pada profesi jurnalis televisi dengan menjadi kontributor news pada salah satu televisi swasta Indonesia, juga menjadi kontributor daerah jaringan berita nasional Kantor Berita Radio KBR 68 H Jakarta. Serta mengantar pula sebagai Dosen Komunikasi pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Keterlibatan pada program penanggulangan HIV dan AIDS juga diawali aktivitas dalam program peduli HIV dan AIDS di kalangan jurnalis televisi dan radio siaran, yang kemudian mengantarkannya menjadi salah seorang Public Communication Expert pada program penanggulangan HIV dan AIDS berbasis Kader Masyarakat. Hingga kini masih eksis tidak hanya sebagai ahli komunikasi publik pada kader peduli AIDS tapi juga sebagai Konsultan dan Narasumber Nasional program penanggualangan AIDS berbasis masyarakat. Aktif di berbagai Organisasi baik di tingkat Kota, Provinsi dan Pusat : Remaja Masjid, BKPRMI, Pemuda Muslim, Syarikat Islam, KNPI, DKM Raya At Taqwa, Teater, Warga Siaga dan Kampung Siaga Aktif, Peminat pada Bidang Sejarah dan Budaya Cirebon, Perintis Wisata Religi Jelajah Masjid Kuno, serta menulis buku : Gotong Royong Bantu Ibu Hamil, Rahasia Sukses Jurnalistik Radio Siaran, Warga Peduli AIDS, Kampung Siaga Laboratorium Klinik Sosial Masyarakat dan Panduan Da’i Siaga. Kini sebagai Dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon dan sebagai Marbot Masjid Raya. (Bersambung)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *