Pengangkatan Buyut Kayu Perbatang Pangeran Mancur Jaya, Tradisi Turun Temurun di Desa Kertawinangun Cirebon

Cirebon,- Warga Desa Kertawinangun, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon menggelar tradisi pengangkatan Buyut Kayu Perbatang di Balong Kramat Pangeran Mancur Jaya, Kamis (5/10/2023). Prosesi ini merupakan tradisi tahunan dalam rangka menyambut Maulid Nabi.

Tradisi tersebut rutin diselenggarakan setiap tanggal 19 Rabiul Awal (Maulud) dalam bulan hijriah, atau diselenggarakan sepekan setelah peringatan Maulid Nabi di Keraton Kanoman, Keraton Kasepuhan dan Keraton Kacirebonan. Buyut Kayu Perbatang Pangeran Mancur Jaya ini dipercaya masyarakat setempat sebagai pusaka yang dianggap kramat.

Raden Suparja, Juru Kunci Situs Balong Kramat Pangeran Mancur Jaya mengatakan hari ini bertepatan tanggal 19 Maulud sebagai peringatan pengangkatan Buyut Kayu Perbatang Pangeran Mancur Jaya. Prosesi ini, lanjut Suparja, dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Situs Balong Kramat Pangeran Mancur Jaya.

BACA YUK:  Telkomsel Raih Best Mobile Network dari Ookla® Speedtest Award™ Selama 5 Tahun Berturut-turut

“Setiap tanggal 19 Maulid ini selalu dilaksanakan prosesi pengangkutan buyut kayu perbatang Pangeran Mancur Jaya. Ini adalah asal usulnya wilayah sekitar ini dan menjadi buyut atau leluhur yang sudah dilakukan turun temurun sampai sekarang,” ujar Suparja kepada About Cirebon.

Raden Suparja menjelaskan asal muasal buyut kayu perbatangan ini ditemukan pada pukul sembilan tanggal 19 Robiul Awal oleh Pangeran Mancur Jaya. Kayu tersebut, katanya, tempat duduk Raden Walangsungsang untuk bertapa.

“Saat itu, Pangeran Mancur Jaya diperintahkan oleh pihak keraton untuk mencari sumber air. Kala itu kondisi di wilayah Cirebon tengah terjadi kekeringan panjang. Pada pukul sembilan tanggal 19 Robiul Awal, Pangeran Mancur Jaya menemukan kayu tersebut,” jelasnya.

BACA YUK:  Tingkat Partisipasi Pemilih Pada Pemilu 2024 di Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon Capai 85,95 Persen

Dengan ditemukannya buyut kayu perbatangan ini juga, tambah Raden Suparja, asal muasal nama Desa Tuk di Kabupaten Cirebon. Saat Pangeran menghentikan kayu ke tanah menimbulkan bunyi tuk.

“Ketika Pangeran menghentikan kayu ke tahan lalu memancarkan air, benturan kayu ke tanah ini menimbulkan bunyi tuk, sehingga desa tersebut kemudian dinamakan Desa Tuk,” bebernya.

Raden Suparja menjelaskan proses pengangkatan buyut kayu perbatangan ini diawali dengan pembacaan shalawat Nabi dilanjut dengan adzan. Setelah itu, beberapa orang menyelam ke dasar balong keramat Pangeran Mancur Jaya untuk mengangkat buyut kayu perbatangan tersebut.

BACA YUK:  Perbasi Kota Cirebon Gelar Penataran Pelatih Bola Basket Lisensi C

Kayu dengan panjang kurang lebih dua meter ini diterima oleh empat orang dan langsung dimandikan dengan air kembang dan kemenyan. Setelah selesai dimandikan, kayu tersebut dikafani dan disemayamkan layaknya jenazah manusia. (HSY)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *