Pekerja Migran Indonesia Asal Kota Cirebon Jadi Korban Kekerasan

Cirebon,- Pekerja Migran Indonesia (PMI) atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Kota Cirebon Mei Harianti (26) dikabarkan menjadi korban kekerasan oleh majikannya di Malaysia.

Mei yang bekerja sebagai Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) di Malaysia tersebut sudah bekerja kepada majikan yang menyiksanya selama 13 bulan.

Dengan adanya kejadian tersebut, Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) langsung merespon penyiksaan kepada PMI atas nama Mei Harianti.

Kepala BP2MI, Benny Ramdhani mengatakan bahwa Mei Harianti bekerja sebagai Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) dengan nomor Passpor AU666196. Mei diberangkatkan secara prosedural melalui proses di UPT BP3MI Jakarta dan mempunyai Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN).

Lanjut Benny, kasus penyiksaan terhadap PMI asal Kota Cirebon berawal saat Polisi Diraja Malaysia (PDRM) melakukan operasi penggerebekan sebuah rumah beralamat di Nomor 23 Jalan J Taman Batu 52000 Kuala Lumpur.

Tujuan penggerebekan adalah untuk menyelamatkan seorang PLRT bernama Mei Haryanti yang diduga disiksa oleh majikannya secara keji. Operasi tersebut didasari laporan Tenaganita Petaling yang berkoordinasi dengan KBRI Kuala Lumpur.

BACA YUK:  IKA AKIP dan Poltekip Se-Ciayumajakuning Gelar Silaturahmi dan Buka Puasa Bersama

Setelah Tenaganita menerima aduan masyarakat sekitar yang melihat korban dibiarkan tidur di teras oleh majikan dalam kondisi yang mengenaskan. Saat ini korban masih dirawat di Rumah Sakit Kuala Lumpur karena kondisinya yang cukup memprihatinkan.

“Adanya kasus yang baru-baru ini terjadi yaitu penyiksaan kepada seorang PMI di Malaysia oleh sepasang majikan yang mendera secara keji PMI hingga seluruh badan, telah membuktikan bahwa ini adalah pelanggaran berat,” ujar Benny dalam keterangan resmi yang diterima About Cirebon, Jumat (27/11/2020).

Benny mengecam keras dan meminta tidak boleh lagi terjadi kasus-kasus serupa menimpa para PMI. Pesan Presiden sudah sangat jelas, bahwa berikan pelindungan kepada PMI dari ujung rambut sampai ujung kaki.

BACA YUK:  Lebih Dekat Kepada Masyarakat, Toko Mas Pantes Kini Hadir di Jatiwangi

Menurut Benny, ini mengandung makna yang sangat dalam, saya selalu katakan PMI adalah pejuang, mereka adalah pahlawan devisa dan pahlawan bagi keluarganya.

“Perlakuan keji ini sudah melukai perasaan kita sebagai sebuah bangsa dan merupakan penghinaan bagi negara kita,” tegas Benny.

BP2MI dan KBRI, kata Benny, akan terus melakukan pendampingan proses hukum kasus ini untuk memastikan pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal sekaligus perlindungan terhadap korban.

“Buntut dari kasus tersebut, PDRM telah menangkap dua tersangka majikan suami istri bernama Lim Sore (P) p dan Tuan Ann (L), keduanya tercatat beralamat B 11 7 Blok B Casa Magna Jalan Prima 10 Metro Prima Kepong 52100 Kuala Lumpur,” pungkasnya.

Sementara itu, Syafi’i (69) ayah Mei Harianti saat ditemui di rumahnya di Suradinaya Utara, Kelurahan Pekiringan, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon mengaku kaget ketika mendengar anaknya menjadi korban kekerasan oleh majikannya di Malaysia.

BACA YUK:  CSB Mall Ajak 100 Anak Yatim Bermain, Berbelanja, dan Buka Puasa Bersama

Menurut Syafii, Mei berangkat ke Malaysia niatnya untuk bekerja dan memperbaiki perekonomian keluarga.

Mendengar kabar anaknya menjadi korban kekerasan oleh majikan, Syafi’i meminta pemerintah ikut membantu mengurusi masalah di Malaysia dan bisa cepat pulang.

“Saya sebagai orang tua ingin pemerintah membantu kepulangan anak saya dan membantu masalah di Malaysia,” ujar Syafi’i.

Syafi’i menjelaskan, Mei berangkat ke Malaysia menjadi PMI untuk memperbaiki perekonomian keluarga. Apalagi, setelah menikah dan memiliki anak memiliki cita-cita membangun rumah.

Menurut Syafi’i, Mei merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Kesehariannya, Mei memiliki pribadi yang pendiam dan saat ini memiliki dua orang anak.

“Setiap bulan Mei selalu komunikasi dengan suaminya. Katanya dibatasi oleh Majikannya dan itu juga menggunakan telepon milik majikannya dan tidak boleh pegang handphone,” ungkap Syafi’i.

“Kita keluarga ingin pemerintah membantu mengurusi masalah dan Mei bisa cepat pulang,” pungkasnya. (AC212)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *