Benang Merah Manuskrip dan Industri Kreatif Dalam Kebudayaan Cerbon

Cirebon,- Benang Merah Manuskrip dan Industri Kreatif dalam Kebudayaan Cerbon merupakan sebuah tema menarik yang disampaikan oleh penggiat budaya Cerbon Doddie Yulianto, S.Ud dalam sebuah acara bertajuk Pengelolaan dan Pengalihmediaan Naskah Kuno yang Dimiliki oleh Masyarakat yang diselenggarakan di Hotel Apita oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Cirebon pada Kamis, 13 Juli 2023 yang dihadiri oleh para penggiat budaya, mahasiswa dan komunitas pegiat literasi.

Bagi pria kelahiran 22 Juli 1977 yang mengawali aktifitas dalam bidang kebudayaanya sebagai pelukis kaca ini  naskah-naskah kuno yang muncul sebagai bagian dari kebudayaan Cerbon itu memiliki dimensi yang beragam, sehingga tidak bisa dimaknai secara terbatas hanya dari aspek sejarah saja, karena konten yang terkandung di dalam manuskrip-manuskrip itu sangat beragam seperti masalah pengobatan, kesenian atau masalah hukum sebagaimana tertuang dalam naskah “Pepakem Jaksa Pepitu” versi Pangeran Arya Carbon serta banyak naskah lainnya yang Saya kira perlu digali dari beragam perspektif, sehingga bisa melahirkan ide-ide kreatif yang bisa memberikan wawasan dan pengaruh secara luas bagi masyarakat.

BACA YUK:  Libur Idulfitri 1445H, Ribuan Wisatawan Kunjungi Goa Sunyaragi

Ketika ditemui usai menyampaikan materi tersebut penulis buku “Wiwaraksara” ini dengan semangat mengatakan bahwa diperlukan itikad baik dari semua pihak agar naskah-naskah kuno atau manuskrip yang ada itu bisa ditransformasikan isinya kepada publik. Harus ada kemauan serta upaya-upaya secara riil dari generasi terdahulu untuk melakukan hal tersebut, sehingga generasi selanjutnya memiliki kesempatan dan kemudahan untuk bisa mengakses karya-karya yang pernah dihasilkan pada masa lalu itu. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan dan pengalihmediaan atas manuskrip atau naskah-naskah kuno tersebut melalui proses secara sistematis dan berkelanjutan. Jangan salahkan generasi muda atas ketidakberdayaannya dalam hal kebudayaan, jika generasi sebelumnya yang memiliki akses terhadap ilmu pengetahuan, akses kuat secara politis, akses terhadap anggaran serta akses untuk mentransmisikannya terhadap lembaga-lembaga formal dan nonformal tidak menjalankan peran dan fungsi sebagaimana mestinya.

BACA YUK:  Jelang Ramadan, DWP dan DKPPP Kota Cirebon Gelar Bazar GPM dan UMKM

Lebih lanjut penggiat budaya Cerbon yang pernah terlibat sebagai anggota Tim Digitalisasi Naskah kuno, kerjasama antara Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manasa Pusat) dengan Leipzig University of Germany dan PSBM ISIF pada tahun 2012 ini meyakinkan bahwa ada benang merah antara manuskrip dan industri kreatif dalam kebudayaan Cerbon. Saat ini mungkin industri kreatif yang dihasilkan baru sebatas pada seni rupa dan produk turunannya saja, padahal begitu banyak hal-hal lainnya dari manuskrip tersebut yang bisa dikembangkan.

Dalam bidang kuliner misalnya Kita mengenal ada “Sega Bogana”, yaitu sajian kuliner khas Cerbon bersumber dari naskah kuno yang saat ini berkembang menjadi salah satu identitas dari Keraton Kacirebonan. Ini kan menunjukan betapa banyak ragam hal yang bisa dikembangkan oleh publik, khususnya generasi muda jika kekayaan budaya yang terkandung di dalam naskah-naskah kuno tersebut dapat diakses secara terbuka. Yang tidak kalah pentingnya lagi adalah manuskrip tentang herbal yang begitu banyak. Kebutuhan herbal pasca pandemi lalu mungkin harus memperoleh perhatian serius serta diolah dan dikembangkan secara optimal, karena bisa jadi pada masa yang akan datang Kita atau warga dunia juga akan menghadapi pandemi berikutnya. Tidak menutup kemungkinan bahwa dalam naskah-naskah kuno yang berisi tentang pengobatan itu juga menyimpan komposisi ramuan-ramuan atau materi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut.

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *