Menuju Cirebon Pusaka Metropolitan Oleh Bakhrul Amal

Setelah geger-geger metropolitan, Cirebon kini menyandang gelar baru. Gelar tersebut, konon, adalah hasil rembukan para analis sejarah dan pengembang kota yang terpercaya. Gelar yang dimaksud adalah Cirebon Kota Pusaka.

Pemilihan Cirebon sebagai kota pusaka didasari oleh beberapa alasan. Pertama, tentunya yang paling penting, di Kota Cirebon terdapat begitu banyak peninggalan arsitektur Kerajaan Islam, bangunan bekas Pemerintahan Belanda, dan destinasi-destinasi lain yang berkaitan dengan sejarah kemerdekaan. Kedua, Kota Cirebon banyak menyimpan barang-barang kuno yang memiliki nilai sejarah tinggi. Ketiga, secara literasi sebagai pelengkap, Kota Cirebon adalah kota yang menyimpan begitu banyak arsip-arsip kuno, dokumen-dokumen penting perihal Indonesia, dan juga narasi mengenai peradaban dunia.

Kedua hal yang datang secara hampir bersamaan itu, yakni Metropolitan dan Pusaka, tentu menjadi suatu tantangan tersendiri bagi Cirebon. Untuk itu, agar arah tujuan daripadanya bisa berdampingan, ada baiknya Kota Cirebon memperhatikan beberapa hal ini sebagai contoh.

RENOVASI HAUSSMANN

Siapa yang tidak tahu Paris. Kota Mode. Kota pencetak ratusan filsuf ternama. Dan tentu, kota yang menjadi Ibu Kota dari negara pemilik menara Eifel, Prancis.

Dalam sebuah kisah perang dunia, Paris pernah kebagian didatangi oleh Hitler. Tidak seperti biasanya, kedatangan Hitler pada waktu itu mendadak hening. Hitler dapati keindahan yang teramat sangat di kota Paris. Sampai-sampai dia berpesan “kalian boleh habisi warganya, tapi jangan ada yang merusak kota ini”.

BACA YUK:  Libur Panjang Nyepi, Penumpang KA di Daop 3 Cirebon Meningkat

Keindahan Paris tersebut tidak terbentuk serta merta. Paris dirancang oleh penguasa kerajaan kenamaan bernama Haussmann atas perintah Napoleon III. Dari tahun 1857 hingga 1870 program tersebut dilakukan.

Haussmann memulai revolusi perubahan itu dengan memperhatikan beberapa titik. Antara lain yang diperhatikan adalah perluasan saluran pembuangan, memperlebar jalan utama, membuat tata aturan bangunan publik, dan pembangunan monumen. Haussmann juga menitikberatkan pembangunanannya pada bangunan bersejarah, namun tidak melupakan unsur modern yang hendak dicapai.

Salah satu contoh regulasi yang diterbitkan oleh proyek renovasi Haussmann itu adalah aturan mengenai tinggi maksimum bangunan-bangunan kota dari 17.55 meter menjadi 20 meter di jalan yang lebih luas dari 20 meter. Adapula salah satu jalanan bernama jalanan Rivoli dijadikan percontohan bagi jalanan lainnya.

Hasil yang diperoleh dari proyek tersebut, menurut parispropertygroup, tidak hanya berdampak pada kenyamanan kota. Tetapi, hasil rencana renovasi itu berdampak pula pada berkurangnya penyakit epidemi yang pada waktu itu menyerang Prancis, utamanya Paris.

ZONING REGULATION

Setelah mencontoh pembangunan dengan semangat Haussmann, yakni semangat historis dan kemajuan, kita beranjak ke regulasi penunjang. Kota modern umumnya menerapkan aturan berupa Zoning Regulation. Zoning Regulation ini penting untuk menyelaraskan bagian Pusaka dan bagian Metropolitan.

BACA YUK:  Jasa Foto Busana Adat Jawa Kini Hadir di Cirebon

Zoning Regulation atau peraturan zonasi, di beberapa kota di Indonesia dikenal dengan Rencana Tata Ruang Kota. Perbedaannya peraturan zonasi memiliki nilai detail yang berlebih. Peraturan zonasi ini mengatur pula mengenai pemanfaatan lahan dalam satu kawasan dengan amat rinci.

Contohnya ada zona Ruang Terbuka Hijau. Ruang Terbuka Hijau itu pada umumnya hutan kota atau taman kota. Zoning Regulation itu merinci maksud RTH itu lebih jauh. Pada skema Zoning Regulation aturan mengenai RTH itu dijelaskan seperti; bentuknya apa? Tamankah atau hutan kotakah? Peruntukannya untuk apa? Dan juga aturan mengenai tunaman apa yang ditanam di situ.

Menurut pengamatan Ratih Purnamasari, Zoning Regulation ini bisa kita lihat di negara Singapura. Di sana, tutur Ratih, ada istilah mengenai zona Green Infrastructure atau infrastruktur hijau. Tujuannya untuk mengembangkan jaringan hijau pada jalan air (waterway), green park (taman hijau), sebagai bagian dari kegiatan konservasi dalam satu wilayah kota.

IDENTITAS KOTA

Selain prinsip perubahan dan juga pembentukan zona yang rinci, setiap kota perlu memiliki perencanaan sendiri yang menyesuaikan dengan sejarah kota tersebut. Perencanaan kota ini tidak hanya meliputi penataan jalan, kejelasan area, tetapi juga mengenai identitas daripada kota itu sendiri.

BACA YUK:  Ini Jenis Surat Suara yang Akan Dilakukan PSU di 5 TPS Kota Cirebon

New York tentulah dibangun dengan tema time is money. Di kota itu aktifitas pekerjaan berlangsung dari jam 7 pagi hingga jam 6 pagi, atau selama 24 jam. Dari situ kita tentu tahu bahwa identitas kota New York adalah Kota Kerja.

Di Islandia terdapat sebuah kota bernama Kota Reykjavik. Kota Reykjavik ini telah berikrar menjadi kota hijau yang ramah terhadap alam sekitar. Sistem go green mereka terapkan dengan memanfaatkan panas bumi dan pembangkit listrik menggunakan air. Kendaran di Kota Reykjavik pun menggunakan bahan bakar hidrogen.

PENUTUP

Ketiga elemen tadi, setidaknya, bisa membantu Kota Cirebon menghadapi tantangan Metropolitan dan Pusaka. Revolusi Haussmann bisa mengispirasi terhadap model bangunan serta keindahan jalanan kota agar teratur. Selain itu juga perawatan cagar budaya di era Haussmann dirawat dengan regulasi yang jelas. Zoning Regulation bisa dijadikan gambaran mengenai kejelasan RTRW Kota Cirebon yang banyak dikatakan belum jelas. Terakhir, Identitas Kota tentunya bisa menjadi gambaran bahwa bagaimana Cirebon itu hendak dibangun, maka harus berpedoman dari itu. Dengan gabungan ketiganya, maka cirebon bisa menjadi Pusaka Metropolitan !!

Penulis adalah warga Kota Cirebon yang sedang berada di Maluku Utara

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *