Mengenal Masriyah Dewiyani: Menularkan Kemampuan Berbahasa Inggris Tanpa Mematok Rupiah

Cirebon,- Bersyukur dan terus berusaha menjadi prinsip bagi Masriyah Dewiyani dalam menjalani hidupnya. Wanita single parent yang memiliki dua orang anak itu mengisi kegiatan sehari-harinya dengan mengajar di bimbingan belajar khusus atau les bahasa Inggris yang dinamainya “Mamah Dinda Bella English Home”. Dia mengajar bahasa Inggris untuk anak-anak di lingkungannya tanpa pamrih. Tidak ada tarif biaya yang ia tetapkan.

Saat ini, sudah 10 tahun usia English Home miliknya berdiri. Terhitung sejak 2008, Imas (panggilan akrab Masriyah Dewiyani) membuka les di rumahnya. Dengan kondisi seadanya, Imas memiliki tekad yang kuat untuk menularkan kemampuan berbahasa Inggris kepada anak-anak di lingkungan rumahnya, Cangkring I, Kebon Baru, Kota Cirebon.

“Dulu anak saya yang pertama masih kecil, kebetulan saya pindah rumah. Awalnya di dekat Pasar Kramat pindah ke Cangkring. Saat pindah anak saya belum banyak teman untuk main. Akhirnya saya buka les gratis dan banyak ibu-ibu yang menitipkan anaknya untuk belajar di sini,” ungkap Imas.

Seiring berjalannya waktu, beberapa orang tua peserta les memberinya bayaran. Meski Imas tidak mematoknya. Secara sukarela, mereka yang tergerak hatinya memberi uang Rp2.500 tiap pekannya. Imas selalu bersyukur apa pun yang ia dapatkan dari keikhlasan dan ketulusannya. Bahkan ada ibu-ibu yang memberinya lauk pauk sebagai pengganti bayaran, Imas pun menerima.

BACA YUK:  Pilkada 2024, DPC Demokrat Kota Cirebon Siap Bangun Koalisi

“Kalau dulu hampir semua pelajaran saya ajarkan. Kemudian saya melihat, ternyata kemampuan bahasa Inggris anak-anak masih kurang bagus? Akhirnya sekarang lebih fokus mengajar ke bahasa Inggris saja,” ujarnya.

Dari tahun ke tahun, orang tua yang sudah menitipkan anaknya di English Home Dinda Bella, juga memperlakukan anak lainnya untuk belajar bersama Imas. Angkatan pertama yang sudah Imas ajar, kini ada yang sudah kuliah dan juga ada yang masih SMA. Rupanya mereka mendapatkan prestasi yang cukup membanggakan. Imas selalu tersenyum bangga ketika anak yang dididik olehnya menorehkan prestasi di sekolah.

“Saya terharu dan bangga ketika anak yang diles oleh saya dan tiba-tiba berkata, ‘aku dapat nilai 100 di pelajaran bahasa Inggris’. Itu selalu saya syukuri. Artinya mereka mendapatkan nilai bagus, salah satunya dari apa yang saya ajarkan,” tuturnya seraya menirukan ucapan seorang anak didiknya.

BACA YUK:  Kerja Sama dengan Cirebon Tiket, Sociamedic Clinic Berikan Harga Spesial Treatment Hemat

Imas bersyukur dengan mendidik anak-anak les, para orang tuanya menjadi teman sekaligus saudara baginya. Imas yang merupakan anak yatim sedari kecil dan menjadi yatim piatu saat masih gadis, tentu merasa kesepian. Apalagi Imas mengalami kenyataan pahit lantaran harus berpisah dengan suaminya dua tahun lalu. Dia berjuang sendiri untuk menghidupi dua orang anaknya.

“Bukan penghasilan besar yang saya cari, tapi kedekatan dengan orang tua dan melihat prestasi anak yang saya didik mendapatkan nilai yang bagus menjadi suatu kebahagiaan tak ternilai bagi saya,” jelasnya.

Namun, Imas tak memungkiri bahwa ia juga berharap bisa mendapatkan pekerjaan tetap untuknya. Semisal mengajar bahasa Inggris, teknik menggambar, bahkan yang ingin menggambar dinding atau lainnya. Dia akan menerima tawaran itu dengan senang hati.

Jika melihat masa lalunya, ayah dari Imas bekerja di BAT. Bahkan sebelum ayahnya meninggal karena memiliki gangguan kesehatan tiroid, ayahnya akan dikirim ke perusahaan Belanda dengan gaji yang cukup besar pada saat itu. Ayahnya bernama lengkap Alwi Bachri. Ia fasih melafal tiga bahasa, yaitu Belanda, Jerman dan Inggris. Imas ditinggalkan ayahnya saat usia SD.

BACA YUK:  Kapolres Cirebon Kota Jenguk Anggota PPK yang Sakit di RS Siloam Putera Bahagia

Berkat kemampuan sang ayah yang menginspirasinya, Imas pernah menjadi The Best English Language saat SMP. Tak pernah ikut les di mana-mana, Imas berjuang sendiri untuk bisa memiliki kemampuan berbahasa Inggris seperti sang ayah. Imas juga bersekolah di SMAN 2 Cirebon dengan jalur masuk prestasi lantaran jago berbahasa Inggris. Setelah lulus SMA, Imas bekerja di salah satu perusahaan di Cirebon selama 6 tahun, lalu berhenti kerja dan fokus mengurus anak pertamanya.

Bukan hanya mahir bahasa inggris, Imas juga memiliki kemampuan menggambar dan kaligrafi yang baik. Pengelola salah satu TK di Cirebon pun memintanya untuk melukis dinding bangunan sekolah tersebut. Imas mengaku, senang bisa berkreasi dan hasil karyanya dihargai. (AC560)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *