Inilah Risiko Pneumonia Meningkat di Usia Dewasa Hingga Lanjut Usia, Patut Diwaspadai

Jakarta,- Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang dapat menyerang siapa saja dari berbagai lintas usia, mulai dari usia balita hingga usia lanjut. Pneumonia, dijuluki sebagai silent killer, karena gejalanya sering kali diabaikan, padahal dapat menyebabkan konsekuensi serius bahkan hingga kematian. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO), sekitar 450 juta kasus pneumonia tercatat setiap tahunnya di seluruh dunia, dengan 4 juta jiwa meninggal karena penyakit ini.

Di Indonesia, dari 100.000 pasien di rumah sakit di Indonesia, 1.526 diantaranya merupakan kasus pneumonia. Patut diwaspadai, jumlah penderita pneumonia meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Menurut Data Riskesdas tahun 2018, prevalensi pneumonia pada kelompok usia 15-24 tahun mencapai 1,8%, pada kelompok usia 25-44 tahun mencapai 1,9%, pada kelompok usia 45-54 tahun mencapai 2,2%, pada kelompok usia 55-64 tahun mencapai 2,5%, dan pada kelompok usia 65-74 tahun sebesar 3,0%. Data ini mencerminkan risiko lebih tinggi bagi populasi lanjut usia, disebabkan karena melemahnya daya tahan tubuh seiring pertambahan usia.

BACA YUK:  Bawaslu Kota Cirebon Rekomendasikan 5 TPS Lakukan PSU

Dr. dr. Gurmeet Singh, SpPD-KP, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Paru mengungkapkan, “Penting untuk diingat bahwa gejala pneumonia tidak selalu terlihat dengan jelas, terutama pada tahap awal.

Pneumonia, utamanya pada usia dewasa dengan kondisi medis tertentu dan pada usia lanjut, memerlukan perhatian khusus dalam penanganannya, mengingat pneumonia pada kelompok risiko ini dapat dengan cepat menjadi kondisi yang mengancam jiwa”.

Pneumonia adalah peradangan jaringan paru yang disebabkan oleh berbagai virus, bakteri, dan jamur. Bakteri Streptococcus pneumoniae (Pneumokokus) merupakan penyebab utama penyakit ini.

Pneumonia dapat menimbulkan berbagai gejala, seperti demam tinggi, menggigil, nyeri dada, batuk berdahak, kesulitan bernapas, pernapasan yang cepat, denyut jantung yang meningkat, dan rasa lemah pada tubuh.

Berbagai faktor risiko mempengaruhi terjadinya pneumonia, seperti kebiasaan merokok atau terpapar asap rokok, kecanduan alkohol. Risiko pneumonia juga semakin tinggi pada orang dewasa apabila memiliki kondisi medis tertentu, seperti penyakit kronis pada jantung, paru, ginjal, atau hati; implan koklea, kebocoran cairan serebrospinal (CSF); penyakit paru obstruktif kronik, emfisema, dan asma; serta penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh seperti diabetes melitus dan infeksi HIV.

BACA YUK:  Polres Cirebon Kota Kerahkan 270 Personil Amankan TPS di Pemilu 2024

Berbagai faktor risiko tersebut meningkatkan urgensi untuk melakukan langkah pencegahan pneumonia. Hal ini ditegaskan oleh Dr. dr. Gurmeet melalui pernyataannya, “Penting untuk memahami bahwa tindakan pencegahan merupakan kunci dalam mengurangi risiko terkena pneumonia.

Upaya proaktif seperti vaksinasi dapat menjadi langkah pencegahan yang efektif, ditambah dengan upaya pencegahan seperti penggunaan masker, berolahraga secara rutin, serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Pemahaman tentang faktor risiko ini dapat membimbing individu dalam melakukan langkah pencegahan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan masing-masing.”

Vaksinasi PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) merupakan salah satu langkah penting dalam pencegahan infeksi bakteri pneumokokus yang merupakan penyebab penyakit pneumonia. Di Indonesia, tersedia vaksin PCV13 yang melindungi dari 13 serotipe pneumokokus, dan dengan perkembangan teknologi terbaru, kini telah tersedia vaksin PCV15 yang memberikan perlindungan tambahan untuk dua serotipe pneumokokus. Vaksin PCV15 mampu melindungi dari 15 serotipe pneumokokus, dan telah mendapatkan izin edar dari Badan POM untuk digunakan di seluruh wilayah Indonesia.

BACA YUK:  Momen Ramadan dan Idulfitri 2024, Smartfren Perkuat Jaringan dan Promo Menarik

Selain mencegah pneumonia, pemberian vaksinasi PCV juga dapat mencegah penyakit lainnya, seperti radang selaput otak (meningitis), infeksi darah (bakteremia) dan radang telinga (otitis) yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus.

“Selain dengan meningkatkan literasi masyarakat terkait penyakit pneumonia, vaksinasi PCV menjadi langkah penting bukan hanya untuk pencegahan awal, tetapi juga sebagai upaya efektif dalam mencegah infeksi berulang. Pneumonia dapat menyerang anak-anak, dewasa, hingga usia lanjut, dengan melakukan langkah pencegahan diharapkan dapat membantu mengurangi infeksi pneumonia di tengah masyarakat.

Di MSD kami terus mendorong masyarakat untuk bersikap proaktif dalam menjaga kesehatan, kami percaya bahwa dengan bersama-sama kita melakukan langkah pencegahan dapat membangun Indonesia yang lebih sehat,” tutup dr. Mellisa Handoko Wiyono, Country Medical Lead, MSD Indonesia. (*)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *