Cirebon History Rayakan HUT RI, Kenang Jasa Pahlawan Asal Cirebon

Cirebon – Cirebon History kembali menggelar acara yang bertajuk Walking Tour History Spesial Kemerdekaan pada Kamis (17/08/2023).

Kali ini rute yang dilalui dimulai dari Taman Makam Pahlawan Kesenden kemudian bersilaturahmi menuju kediaman pahlawan wanita Cirebon yang bernama Olly Sastra dan diakhiri mengunjungi Tugu Proklamasi di sekitar alun-alun Kejaksaan.

Serangkaian acara ini segaja digelar untuk mengenang sejarah para pahlawan Indonesia yang sudah berjuang meraih kemerdekaan Indonesia.

Acara dibuka dengan melakukan upacara pengibaran bendera merah putih yang dilaksanakan di area Taman Makam Pahlawan Kesenden. Upacara dilaksanakan dengan khidmat oleh seluruh peserta Walking Tour kali ini.

Dilanjut kemudian dengan berziarah di salah satu Makam Pahlawan Cirebon, Kapten Samadikun. Kapten Samadikun sendiri merupakan seorang pahlawan dari TNI Angkatan Laut Cirebon yang gugur dalam pertempuran Laut Cirebon melawan Belanda.

“Saat itu Kapten Samadikun yang sedang memimpin latihan ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia) dengan angkatan darat bertempur hebat di perairan laut Cirebon menggunakan Kapal Gajah Mada melawan kapal-kapal perang milik Belanda,” ungkap Lingga Pamungkas selaku Founder Cirebon History.

BACA YUK:  Gunakan Teknologi Modern, Inilah Serunya Bermain Virtual Golf di Aston Cirebon Hotel

“Pertempuran berlangsung selama 5 hari, dimulai pada tanggal 1 Januari 1947 sampai dengan tanggal 5 Januari 1947. Kapal Gajah Mada yang merupakan kapal coaster yang di modifikasi menjadi kapal perang milik Kapten Samadikun harus terlibat peperangan dengan Kapal buru torpedo, Kortenaer milik Belanda. Pada saat pertempuran, Kapten Samadikun tak gentar sedikit pun melawan Belanda walaupun kapalnya tidak sepadan dengan Kapal Kortenaer Belanda,” lanjut Lingga.

Kapten Samadikun harus gugur pada pertempuran tersebut. Kapten Samadikun gugur pada 5 Januari 1947 dan jenazahnya baru ditemukan oleh seorang nelayan pada tanggal 7 Januari 1947.

Nama Kapten Samadikun saat ini diabadikan menjadi sebuah nama jalan di Cirebon dan dijadikan nama sebuah kapal perang milik TNI Angkatan Laut yang bernama KRI Samadikun 341.

Acara dilanjut dengan bersilaturahmi mengunjungi kediaman seorang pahlawan wanita Cirebon Olly Siti Soekini Binti Untung Sastra atau yang biasa dikenal Olly Sastra.

BACA YUK:  KPU Kabupaten Cirebon Gelar Lomba Jingle dan Maskot Pilkada, Berhadiah Rp 12,5 Juta

Rombongan bertemu langsung dengan salah satu anak Olly Sastra yaitu Ibu Esty Handayani. Ibu Esty Handayani menceritakan perjuangan Ibundanya melawan kependudukan Jepang di Kota Cirebon.

Diceritakan, Olly Sastra saat itu menolak keras kedatangan serdadu Jepang di tanah kelahirannya. Olly Sastra kerap nekat memasang bendera merah putih di Gedung Djawa Hokokai yang saat itu merupakan markas tentara Jepang, jalan Pekalipan No 106 Kota Cirebon. Hal inilah yang membuat Olly Sastra mendapatkan perlakuan kasar dari tentara Jepang.

“Waktu itu Ibu saya memasang bendera disana, dan itu membuat tentara Jepang marah. Ibu saya dibilang kalo Indonesia belum merdeka. Lalu ibu ditendang dan dijambak oleh tentara Jepang, namun hal itu berhasil dilerai.” ungkap Esty saat menceritakan perjuangan dari Ibundanya.

Bendera kini masih disimpan di rumahnya. Bendera ini merupakan hasil jahitan tangan Olly Sastra yang dibuat menggunakan kain satin. Namun kini bendera ini sudah hampir rusak karena sempat di bakar oleh tentara Jepang. Rombongan pun diberikan izin untuk memegang dan berfoto menggunakan bendera bersejarah tersebut.

BACA YUK:  Peringati Hari Baznas, Bupati Cirebon Dorong Masyarakat Salurkan Zakat Melalui Baznas

Rute terakhir yaitu mengunjungi tugu proklamasi di Cirebon. Dikatakan tugu proklamasi karena lokasi ini menjadi tempat dibacakannya teks proklamasi oleh Dr Soedarsono pada tanggal 15 Agustus 1945.

“Proklamasi lebih dulu dibacakan di Cirebon pada tanggal 15 Agustus 1945 oleh Dr. Soedarsono. Hal ini melibatkan 150 orang anggota PNI pada saat itu. Teks nya sendiri merupakan hasil tulisan dari Sutan Sjahrir. Namun setelah proklamasi dibacakan, Dr. Soedarsono harus kabur karena dikejar oleh tentara Jepang. Hal inilah yang membuat teksnya sudah tidak ada hingga sekarang,” ungkap Akbar kepada seluruh peserta Walking Tour.

Acara ditutup dengan penghormatan kepada bendera merah putih di tengah perempatan alun-alun Kejaksaan. Penghormatan diikuti oleh seluruh masyarakat dan pengendara yang melewati jalan tersebut. Sangsaka Merah Putih dipegang oleh salah seorang anggota Polri di perempatan jalan Siliwangi.

(SAN)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *