Motivasi Minggu : Ketenangan

Jika selama hidupmu berbuat jahat maka kematianmu tidak tenang begitupun tidurmu, jika keseharianmu tidak baik kaupun tidak akan nyenyak dalam tidurmu.

 

Dari rintik hujan dan angin yang sejuk semilir menghiasi malam. Dari situ juga muncul kedewasaan dan berbagai macam ketenangan. Hikmah, syahdu dan renungan mengikat erat dalam balutan suasana dinginya malam. Ada yang menganggap suasana seperti itu adalah suasana berkah Tuhan. Suasana dimana kita di berikan kebebasan untuk menghakimi diri sendiri, menertawakan kebodohan hingga menangisi kesalahan.

 

Ketenangan itu bukan soal mempertanyakan masalah dengan pertanyaan, mengapa tuhan tidak adil? Tetapi ketenangan adalah renungan, apa yang hendak Tuhan katakan melalui masalah?.

 

Yang kemudian menjadi persoalan adalah, untuk apa sebenarnya ketenangan? Bukankan kita lebih suka duduk sambil bergurau bersama teman di luar. Bukankah kita lebih senang menaikan urat emosi, mendewakan nafsu memakan sesama. Bukankah kita lebih nyaman bergairah, memacu waktu mengejar segala macam pernak-pernik dunia. Setidaknya sebagian di atas pengalamanku dan pengalaman kita bersama.

Kadang-kadang kita di buat lupa dan bertindak tanpa pikir panjang. Tak terkecuali ketika kita berlari, membahu dan memeras keringat guna memenuhi hasrat duniawi. Apapun, dari mulai hal yang menyulitkan bahkan hal-hal yang kotor kita lakukan, intinya satu hasrat ‘ingin di nilai lebih’. Hal-hal itu tentunya memiliki satu tujuan yaitu agar kita hidup dengan tenang. Tenang karena materi terpenuhi, tenang karena tidak merasa lapar, tapi apakah betul itu yang dinamakan ketenangan.

Amerika, sebuah negara yang besar, negara yang kita kenal dengan julukan adi daya. Amerika juga negara yang kaya, yang secara ekonomi meyakinkan walaupun saat ini terlihat sedang jatuh. Secara lahiriah seharusnya Amerika adalah negara yang tenang, yang karena segala halnya telah terpenuhi. Namun nyatanya kita tahu, pelbagai masalah justru merundung Amerika dan bisa di bilang Amerika adalah negara yang paling tidak tenang karena selalu menjadi ancaman pertama terorisme.

Ancaman yang membuat tidak tenang itu ternyata tidak hanya muncul di dalam negeri akan tetapi di luar negeripun begitu, dimana Amerika menempatkan kedutaan besarnya di situ ancaman mini itu di gencarkan. Seperti di tulis pada artikel federal times pada bulan April tahun 2005, bangunan kedutaan besar Amerika saat ini harus memiliki pelindung 30 meter dari gedung kedutaan, pos penjagaan di berbagai fasilitas, gerbang anti dobrak bahkan bangunan di wajibkan anti ledak. Ini sungguh berbanding terbalik dengan kedutaan besar negara yang justru baru masuk kategori berkembang, mereka sederhana dan nyaman, mencirikan suasana ketenangan.

Ternyata materi melimpah, segala macam hal terpenuhi belum mampu memberikan jawaban atas ketenangan. Kesibukan, bepergian tiap waktu dan seolah dinila kuat tidak mampu juga memunculkan ketenangan. Artinya, ketenangan lebih mahal bahkan dari sekedar materi. Ketenangan lebih di butuhkan dari apa-apa yang kita kejar yang dengan berbagai macam upaya kita lakukan. Bahkan dalam kitab suci Al-Qur’an di jelaskan bahwa sebaik-baik sikap adalah sikap yang tenang (16:106)8).

Di paragraf paling atas sudah aku jelaskan yang intinya adalah bahwa ketenangan itu tidak di ciptakan dari hal mahal. Ketenangan di ciptakatan dari suasana yang syahdu, nyanyian burung bahkan kesunyian. Ketenangan sejatinya di bagi menjadi beberapa bagian. Yang pertama ketenangan bersikap dan yang kedua adalah ketenangan hati. Kedua ketenangan ini di capai melalui satu hati yang bersih yang masih positif thingking. Berikut ini akan coba saya bagi beberapa keadaan atau sikap yang akan membuat kita tenang, yaitu :

 

Bersyukur :

 

Tentunya kita pernah mendengar Firman Tuhan yang mengatakan bahwa “sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat padamu..”. Firman ini tidak hanya menerangkan tentang pelipat gandaan rezeky tetapi juga jaminan. Dengan adanya jaminan tuhan ini kita tidak sepantasnya gelisah, takut atau bahkan mencoba mencari lebih dengan cara yang membuat kita bingung. Syukur mencerminkan kesabaran, keikhlasan dan keduanya adalah unsur dari ketenangan.

 

Berbuat Baik :

 

Memiliki satu musuh itu lebih banyak daripada memiliki seribu teman. Kata-kata ini begitu sederhana namun memiliki makna yang begitu dalam. Apabila kita hendak mencari ketenangan hakiki, hal pertama yang harus di lakukan adalah berhenti berbuat jahat pada orang. Sekali saja kita dilabeli ‘musuh’ maka saat itu juga kita tidak ada pernah merasakan ketenangan. Gelisah, takut diserang dan cenderung mencari perlindungan.

 

Jujur :

                                 

Jika ada hal yang paling membuat kita gelisah tentu jawabanya adalah berbohong. Hal yang paling menghantui dan membuat hidup tidak nyaman adalah berbohong. Semua tentu setuju bukan. Kegelisahan dan ketidak nyamanan itu membuat hidup kita tidak tenang, alhasil kita pun menutupinya dengan berbohong dan berbohong lagi. Jadilah yang apa adanya, jujur dan tidak melakukan hal yang menjerumuskan kita untuk berbohong karena berbohong membawa kita jauh dari ketenangan.

 

 

Sabar :

 

Kita tidak bisa memprediksi tentang apa yang akan terjadi di depan. Bisa saja tiba-tiba yang kita pikirkan baik-baik itu lenyap begitu saja. Hal yang mampu mengurangi kekecewaan itu adalah satu, yaitu bersabar. Sabar membuat kita tidak terburu-buru dalam memutuskan, sabar membuat kita tahu mengapa hal buruk terjadi pada kita. Dengan sabar, hal-hal yang melemahkan mental itu bisa di diskualifikasi sedari dini.

 

Ada sedikit cerita tentang bagaimana seseorang menyelesaikan sebuah masalah tanpa ketenangan. Mencari jalan pintas, tidak sabar dan kemudian tindakanya terkesan tidak masuk akal.

 

Suatu hari di Desa Grubugan sedang kedatangan inspeksi mendadak dari Kepala Desa. Tiba-tiba langkah kaki Kepala Desa itu terhenti melihat tingkah aneh seorang pemuda yang di kenal bernama Anwar.

 

“sedang apa Pa Anwar, sepertinya anda kebingungan” Tanya Pa Kades

“iya pak, uang saya hilang” jawab Pa Anwar

Sambi mengusap wajah, Pa Kades kemudian kembali bertanya “loh, memang hilangnya dimana?”.

“di bawah kasur pak, di kamer” kata Pa Anwar santai

Dengan wajah bingung Pa Kades kembali bertanya “kenapa mencari di luar Pak?”

Pa Anwar dengan santai menjawab “karena di luar terang Pak”.

 

Cari dan ciptakanlah ketenangan dengan cara-cara yang benar-benar membuat tenang. Jangan membuat gelisah di dalam diri. Ketenangan bukan materi, tetapi ketenangan adalah cerminan sikap kita. Tentukan segala langkah dan pilihan dengan bijaksana. Bila sekiranya kita tidak mampu, lebih baik kita tidak lakukan. Tetap sederhana dan mendekatkan diri pada pemilik hidup karena hanya itulah cara untuk tenang yang hakiki.

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *