Mengenal Asyiknya Belajar di Highfield Secondary School

Cirebon,- Highfield Secondary School Cirebon sudah berjalan dalam waktu 3 tahun ini. Mengedepankan mutu pendidikan karakter anak, juga semangat belajar bagi anak dengan mengadopsi kurikulum cambridge.

Secondary School Principal, Syainur Rahim mengatakan bahwa kurikulum tersebut diadopsi dengan baik oleh para guru yang diterapkan kepada anak-anak didiknya. Sehingga anak-anak lebih senang dan aktif mengikuti pelajaran setiap harinya.

“Kami memadukan silabus cambridge dan mengikuti metode belajar di Finlandia. Anak-anak tidak hanya belajar di dalam kelas melainkan langsung terjun ke lapangan sesuai apa yang diajarkan,” jelasnya.

Menurutnya, dengan metode ala Finlandia tersebut, ilmu yang diajarkan oleh guru akan terus melekat pada anak. Karena melakukan praktek secara langsung cenderung akan mudah diingat oleh anak, dibandingkan dengan hanya mendengarkan materinya saja.

BACA YUK:  Kapolres Cirebon Kota Jenguk Anggota PPK yang Sakit di RS Siloam Putera Bahagia

“Jadi kita adakan trip ke tempat tertentu, misal ada pelajaran tentang perbankan, kita datang ke salah satu bank, dan anak-anak melihat berbagai aktivitas di bank, sesuai dengan apa yang guru ajarkan di kelas,” ungkapnya.

Saat ini jumlah siswa di Highfield Secondary School berjumlah 19 orang. Namun setiap tahunnya selalu bertambah seiring semakin banyaknya masyarakat yang mengetahui metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah.

Siswa kelas IX, saat ini memulai bisnis kecil mereka sebagai bagian dari kelas bisnis. Siswa tersebut sudah belajar studi bisnis lalu kemudian menerapkan pengetahuan mereka dalam situasi kehidupan nyata dan salah satu cara memulai bisnis mereka sendiri dengan berjualan.

BACA YUK:  Muskab IX Korpri, Ajang Pemilihan Ketua dan Wadah Belajar Pengabdian Masyarakat

“Pengetahuan dasar ini sangat bermanfaat bagi mereka di masa depan, karena aktivitas ini sangat menarik serta menghibur bagi mereka, lalu mereka juga tahu resiko dan mengelola keuangan mereka dan menjadikan bahan laporan omzet untung dan ruginya,” jelasnya.

Kegiatan ini berlangsung setiap Rabu yang berlokasi di kantin sekolah, Jalan Kapten Samadikun No. 33- Cirebon. Mereka menjadi paham tentang proses pembelajaran dari mulai berbelanja, menjajakan barang jualannya, menghitung omzet laba rugi, hingga modal tersebut terus beputar.

“Mereka akhirnya tahu bagaimana cara belanja, tawar menawar harga, hingga mengolahnya secara kreatif. Saat ini mereka baru berjualan kebab dan minuman sirup tjampolay. Yang belinya pun di lingkungan sekolah, seperti teman-temannya atau guru,” jelasnya.

BACA YUK:  Ini yang Dilakukan Kelurahan Pekiringan Kota Cirebon dalam Penanganan Banjir

Meski baru berjalan, namun diakuinya, anak-anak sudah mulai terangsang untuk melakukan inovasi berjualan dengan makanan atau barang lainnya. Mereka pun menemukan kepuasan tersendiri setelah mendapatkan uang hasil kerja keras mereka.

“Harapannya saya, suatu saat pendidikan di Indonesia bisa memadukan kurikulum nasional dengan kurikulum Finlandia yakni metode pembelajarannya lebih menyenangkan untuk diaplikasikan kepada anak,” ujarnya.

Dia juga mengatakan agar para orang tua lebih memahami bahwa pendidikan jaman sekarang harus menyeimbangkan metode modern yang berbeda dengan metode pembelajaran jaman dulu. Anak-anak saat ini harus lebih memahami lingkungan dan keadaan sekitar, serta penguatan karakter yang dimiliki oleh anak tersebut. (AC560)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *