Tradisi Grebeg Syawal di Cirebon Dikenal Juga dengan Lebaran Ketupat sebagai Ungkapan Rasa Syukur

Cirebon,- Kesultanan Kanoman Cirebon menggelar Tradisi Grebeg Syawal di Komplek Pemakaman Sunan Gunung Jati, Senin (9/5/2022). Tradisi tersebut merupakan proses ritual dari Kesultanan Kanoman Cirebon sejak berabad-abad lalu.

Prosesi ritual yang ditujukan dalam bentuk “pengakuan” terhadap silsilah para leluhur dan perhelatan (kenduri/selametan atas rasa syukur) yang berisi doa kepada para Raja-raja Cirebon khususnya Raja-raja Kesultanan Kanoman yang telah seda/laya (wafat).

Tahun 2022, Kesultanan Kanoman Cirebon melaksanakan ritual Grebeg Syawal yang dipimpin oleh Sultan Kanoman XII, yang mulia Kanjeng Gusti Sultan Raja Muhammad Emirudin yang dalam hal ini diwakili oleh Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran, Patih Kesultanan Kanoman.

BACA YUK:  Malaysia Travel Showcase 2024 Digelar di Kota Cirebon, Tawarkan Paket Liburan ke Malaysia

Juru bicara Keraton Kanoman Cirebon, Ratu Raja Arimbi Nutrina mengatakan esensi prosesi ritual ini merupakan ziarah kubur (nyekar) ke makam Raja-Raja Kesultanan Kanoman yang telah wafat dan disemayamkan di komplek Astana Gunung Sembung (komplek makam Sunan Gunung Jati).

Prosesi ini diawali dengan bersamanya keluarga Sultan di Pendopo Jinem Keraton Kanoman. Pada pukul 06.30 WIB, Gusti Patih dan keluarga berangkat dari Pendopo Jinem Keraton Kanoman menuju Astana Gunung Sembung.

Sesampainya di Astana Gunung Sembung, Gusti Patih dan keluarga memasuki Kori (pintu) Gapura yakni pintu pertama yang ada di dekat alun-alun dan Kori (pintu) Krapyak. Lalu kemudian memasuki pintu tujuh (Lawang Pitu) Giri Nur Saptarengga.

BACA YUK:  Jadi Caleg DPR-RI, Charly Vanhoutten Ingin Berkontribusi di Tanah Kelahirannya

“Ketujuh pintu itu yakni pintu Pasujudan, yakni pintu yang biasa para peziarah umum berdoa dan bertawasul, kemudian memasuki pintu Ratna Komala, pintu Jinem, pintu Rararoga, pintu Kaca,  pintu Bacem, baru kemudian ke pintu yang ke 9 yakni pintu Teratai, menuju ruangan dalam pesarean Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati yang berada di puncak bukit Gunung Sembung (Giri Nur Saptarengga),” ujar Ratu Arimbi.

Di ruangan dalam pesarean, Gusti Patih bersama keluarga melakukan tahlil, dzikir serta berdoa di makam-makam leluhur Cirebon yang ada di dalam Gedung Jinem, makam panembahan Ratu I, dan makam Sultan Sultan Cirebon.

BACA YUK:  Anniversary ke-10, Metland Hotel Cirebon Usung Konsep Experience Beyond Stay

Menurut Ratu Arimbi, esensi dari Grebes Syawal ini adalah ziarah ke makam leluhur setelah kita melalui puasa Ramadan, Syawalan Idul Fitri, dan puasa syawalan. Dan kita bersyukur sudah melalui itu semua dan berziarah ke makam leluhur.

“Kita berdoa, kemudian kita bertemu dengan seluruh masyarakat dari berbagai daerah yang berkesempatan datang di Astana. Lalu kita melakukan rehat sejenak menikmati kuliner khas Astana dan kita bersedekah dengan surak,” ungkapnya.

“Grebeg Syawal ini juga disebut dengan lebaran ketupat,” tandasnya. (HSY)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *