Tradisi Bubur Sura di Keraton Kacirebonan

Cirebon, 4 Nopember 2014, – Setiap Tanggal 10 Bulan Sura Keraton Kacirebonan melaksanakan tradisi Bubur Sura yang jatuh pada 10 Suro / 10 Muharram bertepatan dengan 3 Nopember 2014.

 

Menurut Sonia, Humas Keraton Kacirebonan tujuannya adalah mengungkap rasa syukur dengan bersedekah bubur sura.

 

Pada tanggal 10 Sura ada makna dan peristiwa mengenang sejarah karena pada hari ‘Asyura’ itulah (seperti yang termaktub dalam I’anatut Thalibin) Allah untuk pertama kali menciptakan dunia, dan pada hari yang sama pula Allah akan mengakhiri kehidupan di dunia (qiyamat). Pada hari ‘asyura’ pula Allah mencipta Lauh Mahfudh dan Qalam, menurunkan hujan untuk pertama kalinya, menurunkan rahmat di atas bumi. Dan pada hari ‘asyura’ itu Allah mengangkat Nabi Isa as. ke atas langit. Dan pada hari ‘asyura’ itulah Nabi Nuh as. turun dari kapal setelah berlayar karena banjir bandang.

 

Sesampainya di daratan Nabi Nuh as. bertanya kepada pada umatnya “masihkah ada bekal pelayaran yang tersisa untuk dimakan?” kemudian mereka menjawab “masih ya Nabi” Kemudian Nabi Nuh memerintahkan untuk mengaduk sisa-sisa makanan itu menjadi adonan bubur, dan disedekahkan ke semua orang. Karena itulah kita mengenal bubur suro. Yaitu bubur yang dibikin untuk menghormati hari ‘Asyuro’ yang diterjemahkan dalam bahasa kita menjadi bubur untuk selametan. Intinya pelaksanaan acara tradisi ini menganjurkan agar kita selalu melaksanakan kebaikan , bersilaturahmi, beribadah dan bersedekah dengan berbagai cara walaupun tidak harus dengan membuat bubur sura.

 

” Pada acara tersebut, kami membuat bubur suro dan memanjatkan doa di Bangsal Prabayaksa Keraton Kacirebonan,” pungkas Sonia. (AC400)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *