Sekjen Wantannas Jadi Salah Satu Narasumber FGD Kajian Pemetaan LP2M

Cirebon,- Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Syekh Nurjati Cirebon menggelar Focus Group Discussion (FGD), Kamis (17/11/2022). Kegiatan yang berlangsung Aulia Madya At-Taqwa Center, Jalan R.A Kartini, Kota Cirebon ini menghadirkan enam narasumber.

Keenam narasumber tersebut yakni Laksdya TNI Dr. Ir. Harjo Susmoro, SH, MH, M.Tr,Opsla, Drs. KH. Wawan Arwani, MA, Drs. Inang Winarso, MKM, Ir. H. Yoyon Indrayana, MT, drh. RH. Bambang Irianto, BA, dan Muhtar Jaidin. Kegiatan FGD dimoderatori oleh Kapus Penelitian LP2M IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr. Budi Manfaat, M.Si.

Dr. Ahmad Yani, M.Ag., selaku Ketua LP2M Syekh Nurjati Cirebon mengatakan FGD yang dilaksanakan merupakan bagian dari Penelitian Afirmatif 2022 di IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang dikawal oleh Peneliti Dr. Syaeful Badar, MA dan Dr. Ade Hidayat, M.Pd. Kegiatan ini juga, lanjut Ahmad Yani, dalam rangka untuk merumuskan peta wilayah kajian di IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

“Peta wilayah kajian ini dibagi menjadi lima kelompok (klaster) riset. Mulai dari riset Ke-Indonesiaan, Keislaman, Sosial Kemasyarakatan, Kecirebonan, dan Sainstek. Pemetaan wilayah penelitian dapat menggambarkan potensi, karakteristik, dan kekhasan riset di IAIN Syekh Nurjati Cirebon,” ujar Yani dalam keterangan yang diterima About Cirebon, Jumat (18/11/2022).

BACA YUK:  Pemilu 2024, Bawaslu Kota Cirebon Utamakan Upaya Pencegahan Pelanggaran

Yani menjelaskan, selain bagian dari penelitian Afitmatif 2022, kegiatan FGD ini juga bertujuan untuk menyamakan persepsi, penggalian pandangan lebih mendalam terkait pada penetapan dan perumusan tema-tema besar kelomop riset yang akan diturunkan pada topik-topik kajian yang lebih spesifik.

“Dengan FGD ini, kami ingin menyamakan persepsi, penggalian pandangan dan perumusan kelompok riset yang akan diturunkan pada topik kajian yang lebih spesifik,” kata Yani.

Pada kajian kluster riset dibahas satu persatu oleh narasumber. Seperti pada kluster riset Keindonesiaan, narasumber dalam kegiatan FGD ini adalah Laksdya TNI Dr. Ir. Harjo Susmoro, SH, MH, M.Tr, Opsla.

Jenderal bintang tiga kelahiran Tegal yang juga menjabat sebagai Sekjen Dewan Ketahanan Nasional RI (Wantannas) ini, menyampaikan tantangan internal dan eksternal bagi identitas kebangsaan, pemeliharaan nilai kewarganegaraan, dan memperkuat identitas Indonesia sebagai bangsa yang berkebudayaan dan bermental bahari.

Kemudian pada kluster riset Keislaman, yang menjadi narasumber yakni Drs. KH. Wawan Arwani, MA. Dimana beliau memperkuat pemaparan mengenai identitas kebangsaan Indonesia di atas dengan menyampaikan hubungan khas antara kebangsaan dan keislaman di Indonesia.

BACA YUK:  Literasi Keuangan : Tips dari Sequis Jika Anda ingin Mengasuransikan Orang Tua

Ketua Syuriah PC NU Kabupaten Cirebon ini menegaskan bahwa melalui hubungan erat kebangsaan dan keislaman tersebut mampu mengukuhkan umat Islam Indonesia yang berpegang pada nilai-nilai agama Islam sekaligus berjiwa Pancasila. Sehingga Islam dan Pancasila tidak perlu dipertentangkan.

“Pancasila dan agama menjadi menjadi simpul bagi perbedaan di Indonesia dalam merawat persatuan dan kesatuan bangsa,”ujar KH Wawan dalam pemaparanya.

Pada kluster riset kemasyarakatan yang menyoroti pentingnya standar etika diisi oleh Drs. Inang Winarso, MKM. Menurutnya peneliti penting dalam mengawali risetnya dengan menentukan keberpihakan terhadap subjek penelitian.

Direktur Yayasan Kemitraan Indonesia Sehat yang memberikan gambaran bahwa keberpihakan peneliti sosial akan memperkuat pilihan metodologi dan analisisnya demi kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Keberpihakan juga akan menuntun peneliti sosial pada subjek penelitian yang memang membutuhkan perbaikan hidup.

Selanjutnya Ir. H. Yoyon Indrayana, MT sebagai Widyaiswara Ahli Madya BPSDMD Provinsi Jawa Tengah menekankan pentingnya riset dan inovasi untuk meningkatkan kemampuan daya saing global. Posisi Indonesia sekarang berdasarkan The Global Competitiveness Report 2019 maka peringkat daya saing Indonesia menduduki peringkat 50 dunia dari 141 negara yang disurvei.

BACA YUK:  Dorong Pengembangan Desa Wisata, Pemkab Cirebon Berikan Bantuan Keuangan Khusus

“Hal ini tentu sangat penting ditingkatkan mengingat sumber daya alam (SDA) dan jumlah sumber daya manusia (SDM) Indonesia dalam usia produktif yang melimpah,” kata Yoyon.

Narasumber yang mewakili kluster Kacirebonan diisi oleh budayawan Muhtar Jaidin dan Ketua Rumah Budaya Pasambangan Jati Cirebon, drh. RH. Bambang Irianto, BA. Dalam pemaparannya, Muhtar Jaidin menjelaskan bahwa pada masa kejayaan Kesultanan Cirebon menjadi salah satu kota yang pernah dikunjungi Laksamana Cheng Ho. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Cirebon sebagai kota besar, menjadi puser bumi, salah satu pusat perdagangan dunia.

“Sehingga kajian mengenai Kacirebonan dan sejarahnya dapat digunakan sebagai cermin sekaligus pijakan dalam mendukung meningkatkan kesejahteraan bangsa, khususnya Cirebon menjadi kota metropolitian yang berbudaya, humanis, maju, dan kreatif,” katanya.

Sehingga, guna mendukung kajian mengenai Kacirebonan tersebut, Rumah Budaya Pasambangan Jati Cirebon telah menghimpun sekira 600 manuskrip yang sudah digitalisasi sebagai sumber atau referensi utama dalam kajian berbagai bidang disiplin ilmu. (*)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *