Sabut Kelapa, Sumber Energi Terbarukan Pengganti Batu Bara
Cadangan bahan baku penghasil energi yang berasal dari fosil seperti batu bara terus menipis. Di sisi lain, kebutuhan masyarakat dunia akan sumber energi ini terus meningkat. Maka dari itu, para peneliti dan perusahaan terkait terus melakukan riset untuk menemukan sumber energi alternatif yang kemudian disebut bioenergi.
Bioenergi sendiri dapat dihasilkan dari berbagai bahan baku. Salah satunya adalah biomassa, yakni bahan organik hasil proses fotosintetik baik berupa produk maupun buangan. Umumnya, biomassa yang dijadikan bioenergi adalah limbah yang telah diambil produk primernya serta mempunyai nilai ekonomis rendah.
Sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui (renewable) yang cukup besar dan potensial adalah limbah hasil pertanian, mengingat Indonesia yang masih tergolong negara agraris tentunya akan banyak menghasilkan limbah hasil pertanian yang sampai saat ini masih belum termanfaatkan secara optimal.
Saat ini Pemerintah juga tengah mengupayakan adanya terobosan pemanfaatan biomassa guna mengurangi peran batubara yang masih dominan secara nasional dan mendorong capaian target bauran EBT pada tahun 2025.
Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) maka pemerintah mencanangkan sampai akhir tahun 2025 pemanfaatan batu bara sebagai sumber energi akan meningkat sampai 33%.
Salah satu limbah hasil pertanian yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia sebagai sumber energi alternatif adalah sabut kelapa (cocopeat). Aspek pemanfaatan sabut kelapa sangat luas, mulai dari keperluan rumah tangga, industri hingga dunia pertanian. Dengan kreativitas sabut kelapa bisa disulap menjadi barang yang bernilai ekonomi tinggi.
Pengolahan sabut kelapa dalam berbagai macam bentuk seperti tas, sapu dompet dan sebagainya mampu membantu meningkatkan perekonomian. Dan yang lebih penting, pemanfaatan limbah sabut kelapa dapat mengurangi pencemaran lingkungan.
Hasil ekstraksi sabut kelapa ini kerap digunakan sebagai media tanam karena daya serap airnya cukup tinggi. Namun tak cuma itu, rupanya, berbagai studi juga menemukan manfaat cocopeat biomassa campuran batu bara.
Marketing Director PT D & W Internasional (Indococo), Fajar Stevano mengatakan, sumber energi alternatif sabut kelapa ini dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya hutan dan pertanian.
“Di Indonesia sendiri, tingkat produksi sabut kelapa termasuk tinggi sehingga peluang mengembangkan sumber alternatif ini cukup menjanjikan,” ujarnya.
Fajar menambahkan, dengan adanya sumber energi alternatif cocopeat ini, dapat memberikan opsi bahan bakar yang lebih ramah lingkungan karena tidak menghasilkan polusi serta nilai ekonomi yang tinggi.
Demi mewujudkan pembangunan berkelanjutan, menurut Fajar, PT D & W Internasional (Indococo) berkomitmen untuk terus berinovasi dan mengembangkan teknologi demi memaksimalkan kinerja perusahaan dan juga kemanfaatannya terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar.
“Salah satunya yaitu melalui upaya pemanfaatan energi alternatif untuk bahan bakar, sebagai bagian dari dukungan nyata perusahaan terhadap langkah pemerintah dalam mengurangi penggunaan batu bara,” tambahnya.
Seperti yang diketahui, banyak negara di dunia mulai beralih ke biomassa sabut kelapa karena merupakan energi ramah lingkungan dan merupakan sumber energi terbarukan yang berperan penting dalam keberlanjutan pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Dengan memproduksi biomassa ini, Indonesia menghadapi implikasi sosial ekonomi dan lingkungan. Contohnya, dari segi ekonomi, Indonesia berpotensi mendapatkan mendapatkan keuntungan dari permintaan global akan bioenergi. Sudah saatnya biomasa kelapa sawit ini menjadi perhatian kita bersama demi kepentingan nasional saat ini dan di masa mendatang. (*)