Remaja Masjid Harus Terdepan Dalam Menangkal Sampah Digital

Cirebon,- Remaja masjid harus mengambil peran strategi dalam upaya masif, sejumlah pemangku kepentingan dalam upaya menangkal sampah digital.

Sebagai bagian dari calon pemimpin masa depan, remaja masjid harus membangun kapasitas dirinya. Diantaranya dengan tidak malas menimba ilmu, membangun kesadaran dan mampu berkomunikasi dengan baik.

Diantara yang bisa dilakukan remaja masjid yakni, harus tampil sebagai agen perubahan, ke arah positif yang bisa dimulai dari lingkungan keluarga dan sekitarnya. Demikian salah satu benang merah dalam Webinar dan Workshop Literasi Digital Cirebon, Sabtu (26/6/2021).

Acara yang mengusung tema Ramatloka (Remaja Masjid Digital Bangun Solusi Sosial) berlangsung selama dua hari (Sabtu-Minggu) tersebut, diikuti remaja masjid dari berbagai daerah di wilayah Cirebon.

Hadir juga dalam pembukaan Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati dan
Atase Pers Kedutaan Besar Amerika Serikat Jakarta, Michael Quinlan.

Tampil sebagai pembicara Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik (DKIS) Kota Cirebon, Ma’ruf Nuryasa, Ketua Perhimpunan Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia (Prima DMI) Jawa Barat Pandu Hyangsewu dan Satrya Graha (Pemred Pikiran Rakyat).

BACA YUK:  Inilah Program Corporate Social Responsibility Alfaland Group dalam Anniversary Alfaland ke-25 Tahun

Sedangkan hari kedua menghadirkan pembicara Deni Yudiawan (pengamat internet), Yudha P Sunandar (alumni IVLP) dan Icha Sinaga (pegiat literasi digital).

Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati mengingatkan akan kondisi saat ini yang dipenuhi dengan informasi yang penuh dengan sampah digital, hujatan yang mendangkalkan logika, yang disebabkan jempol lebih lincah dan cepat bergerak ketimbang otak.

“Kondisi seperti ini kalau dibiarkan bisa menghancurkan peradaban. Disitulah remaja masjid harus mengambil peran strategisnya dalam menangkal sampah digital,” ujar Eti yang juga didapuk sebagai Bunda Literasi Kota Cirebon.

Menurut Kepala DKIS Kota Cirebon, Ma’ruf Nuryasa, salah satu upaya yang mudah dilakukan dalam upaya menangkal sampah informasi, bisa dimulai dari sopan dalam bermedsos atau kesopanan online.

Menurutnya kesopanan online bisa diartikan kesopanan di dunia online, baik dalam memposting sesuatu, berinteraksi sesama netizen, hingga aktivitas praktis seperti jual beli online.

BACA YUK:  Pj Wali Kota Ikuti Jalan Sehat Hari Jadi ke-66 Perumda Air Minum Tirta Giri Nata

“Kesopanan dalam dunia nyata tetap harus kita terapkan di dunia maya. Kadang karena dipikirnya toh tidak kenal orangnya, suka seenaknya dalam berkomentar di dunia maya,” katanya.

Menurut Ma’ruf, selain dilarang agama dan melanggar nilai sosial, berkomentar tidak sopan atau seenaknya bisa terjerat UU ITE.

“Apalagi jejak digital akan ada selamanya dan tidak bisa terhapus. Artinya, jejak digital bakal berdampak kepada kita bukan hanya saat ini, tapi seumur hidup kita, sampai anak cucu kita bahkan,” ungkap Ma’ruf.

Maruf kemudian mengutip hasil survey yang dilakukan Microsoft terkait indeks kesopanan digital yang menempatkan Indonesia dengan perilaku netizen paling tidak sopan bahkan di kawasan Asia Tenggara, di bawah Vietnam.

Dalam kondisi seperti inilah, menurut Pemred PR Satrya Graha, remaja masjid bisa memanfaat ruang peluang itu untuk membuat konten yang positif, dengan materi agama yang dikemas menarik sesuai kebutuhan pemuda.

Sementara Ketua Prima DMI Jabar menyoroti budaya dan etika berbahasa dalam bermedsos.

BACA YUK:  Kampoeng Ramadan Aston Cirebon Hotel Bakal Sajikan Lebih Dari 225 Menu

Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum dalam pesannya meminta remaja masjid bisa menjadi penggerak optimalisasi fungsi masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah mahdhah saja, seperti salat dan mengaji, namun juga ibadah ghairu mahdhah, yaitu ibadah sosial, ekonomi, politik dan interaksi sosial masyarakat lainnya.

“Seperti zaman Rasulullah Muhammad SAW, masjid menjadi pusat peradaban manusia dimana berbagai kegiatan umat dilaksanakan,” katanya.

Menurutnya, masjid harus dimanfaatkan juga sebagai tempat diskusi politik, kegiatan ekonomi, dan berbagai kegiatan sosial lainnya.

“Ibadah ghairu mahdhah, yang manfaatnya bisa dirasakan banyak umat juga bernilai ibadah,” katanya.

Aset masjid, lanjutnya, bukan hanya bangunan yang megah dan hebat, namun aset yang paling berharga dan hebat justru jamaahnya, kepengurusan yang hebat dan kuat serta pengelolanya.

“Remaja masjid sebagai bagian dari aset masjid yang paling berharga harus bisa mengambil peran krusial dalam mengoptimalkan fungsi masjid sebagai pusat peradaban,” katanya. (AC212)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *