Raja Ratu Arimbi Nurtina : Rasa Haru Menyelimuti di Penghujung Ramadan

Cirebon,- Rasa haru menghiasi diri di penghujung Ramadan. Pengakuan yang terlontar dari sosok Raja Ratu Arimbi Nurtina, keturunan Raja Keraton Kanoman ini memang benar adanya, mengingat apakah Ramadan tahun depan akan bertemu lagi? Atau bahkan ini Ramadan terakhir.

Tak ada yang tahu tentang kuasa yang di tetapkan oleh Allah SWT. Namun semaksimal mungkin ibadah di utamakan di bulan penuh berkah. Mulai dari puasa, tarawih, tadarus, lailatul qodar, dan lainnya akan dirindukan kembali setelah Ramadan berakhir.

BACA YUK:  Jelang Buka Puasa, Kawasan Jalan Moh. Toha Kota Cirebon Semakin Dipadati Pengunjung

“Di sisi lain bersedih dengan perpisahan Ramadan, tapi disisi lain juga harus bahagia menghadapi kemenangan di hari yang fitri,” ujarnya.

Baginya, Ramadan bukan hanya bulan terbaik diantara seribu bulan, melainkan waktu yang tepat untuk meningkatkan ketaqwaan dan keimanan terhadap Allah. Di samping itu, Ramadan adalah bulan untuk mengistirahatkan organ tubuh dengan berpuasa dan melawan hawa nafsu.

“Ramadan menjadi hal istimewa karena semua kegiatan ibadah dilipatgandakan oleh Allah. Maka sangat beruntung jika momentum ini dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,” tambahnya.

BACA YUK:  Apresiasi Pelanggan, Telkomsel Undi Program Undian Poin Festival 2023

Beruntungnya, Raja Ratu Arimbi memiliki dua anak yang mulai memahami akan pentingnya Ramadan. Raden Gendis Putri (13 tahun) dan Raden Haya Belie (10 tahun) memanfaatkan Ramadan untuk berpuasa full dan beribadah.

“Alhamdulillah keduanya bisa menjalankan ibadah dengan baik. Bahkan Raden Haya sudah 2 tahun terakhir ini full berpuasa,” ungkap Ratu Arimbi kepada About Cirebon.

Mereka berdua senang menyambut Ramadan dan menjalankan ibadah di bulan Ramadan ini. Menjalankan solat tarawih dan tadarus dengan baik. Meski sempat sakit selama 2 hari, Raden Haya tetap berpuasa.

BACA YUK:  BPR Triastra Kantor Pusat Sukses Menggelar Acara Literasi dan Inklusi Keuangan di Pondok Pesantren Washiatul Ulama

“Tadinya saya khawatir kalau Raden Haya sakit, akhirnya saya membolehkan dia untuk membatalkan puasanya dan minum obat. Tapi anaknya tetap mau berpuasa sambil bilang ‘sayang puasanya kalo batal’,” tutur Ratu sambil meragakan bahasa anak bungsunya.

Dia berharap tahun-tahun berikutnya akan tetap bertemu Ramadan dan menjalankan berbagai kegiatan dengan baik. (AC560)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *