Perkembangan Ekonomi Wilayah III dalam 3 Tahun Terakhir Menunjukkan Perbedaan Arah dengan Jabar

Malang,- Pertumbuhan ekonomi di wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan) dalam 3 tahun terakhir menunjukkan perbedaan arah dengan Jawa Barat.

“Perbedaan arah pertumbuhan ekonomi Ciayumajakuning dibanding dengan Jawa Barat juga dipengaruhi oleh berubahnya sumber ekonomi di sebagian Kota dan Kabupaten Cirebon yang sebelumnya bersandar pada sektor industri, berubah menjadi sektor perdagangan,” ujar Rawindra Ardiansah, Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPw BI Cirebon, saat acara Capacity Building di Batu, Malang, Jawa Timur, Kamis (19/4/2018).

Lanjut Rawindra, tren melambatnya pertumbuhan ekonomi berpengaruh pada pembagian kue ekonomi masyarakat yang semakin melebar. Hal tersebut ditandai adanya masyarakat ekonomi bawah belum menikmati pertumbuhan ekonomi secara signifikan sebagaimana ditunjukkan oleh tingkat gini ratio yang masih berada pada kisaran 0.3-0.4.

BACA YUK:  Trafik Kunjungan CSB Mall Meningkat, Tenant Food and Beverage Alami Peningkatan

Meskipun, kata dia, daerah terus berusaha meningkatkan kualitas hidup masyarakat (IPM), namun demikian membaiknya IPM lebih fokus kepada pendidikan dan kesehatan.

“Sementara aspek pendapatan masih belum optimal,” ungkapnya.

Menurutnya pada tahun 2017 perekonomian Ciayumajakunin cukup optimis tumbuh di atas pertumbuhan Jawa Barat. Di hampir sebagian besar kabupaten dan kota, kecuali Indramayu yang hanya mampu tumbuh sebesar 3.28 persen.

Perkembangan Intermediasi Perbankan, tambah Rawindra, optimisme pertumbuhan ekonomi Ciayumajakuning belum sepenuhnya didukung oleh pembiayaan dan pendanaan perbankan.

BACA YUK:  Gerakan Pangan Murah Kembali Digelar di Kota Cirebon

“Pertumbuhan kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) di Ciayumajakuning sepanjang 2017 hanya mencapai 8.29 persen dan 9.51 persen (di bawah pertumbuhan Jawa Barat),” bebernya.

Tetapi, Kondisi ini mengalami perbaikan hingga akhir Maret 2018 yang tumbuh sebesar 9.72 persen dan 9.04 persen (sedikit di atas Jawa Barat yang tumbuh 9.67 persen dan 9.03 persen).

“Walaupun, kecenderungan akan rendahnya support kredit perbankan patut diwaspadai, karena berdampak pada tidak signifikannya pertumbuhan ekonomi,” ungkapnya.

“Namun demikian, kinerja perbankan cukup baik dalam menyalurkan kredit sebagaimana tercermin dalam Loan to Deposit Rasio yang mencapai 117 persen (Jabar 91.52 persen),” tambahnya.

BACA YUK:  Kampanye Terbuka di Kota Cirebon, Ganjar Bicara Internet Gratis dan KTP Sakti

Dari 33,73 triliun penyaluran kredit di Ciayumajakuning didominasi oleh kredit konsumsi sebesar 52 persen. Lebih berkembangnya kredit konsumsi di Ciayimajakuning tidak terlepas dari cost of fund yang bersumber dari dana jangka pendek berupa tabungan sebesar 63 persen.

Bahwa pada tahun 2018 inflasi Kota Cirebon termasuk yang tertinggi dibandingkan Jawa Barat dan Nasional.

Terpopuler

“Tekanan ini berasal dari komoditas volatile food yang sangat signifikan yaitu beras,” tandasnya. (AC212)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *