Pentingnya Moderasi Beragama di Era Disrupsi Bagi Mahasiswa Cirebon

Cirebon,- Para mahasiswa di Cirebon harus memahami pentingnya moderasi beragama di era disrupsi seperti sekarang. Pasalnya, pemikiran eksklusif berpotensi menimbulkan distraksi yang akhirnya berujung pada perpecahan.

Hal tersebut diungkapkan Sekretaris STIKES An Nasher Cirebon, KH. Abdullah Nashirudin saat Workshop Moderasi Beragama di STIKES An Nasher Cirebon, Kamis (17/11/2022). Kegiatan itu dihadiri ratusan mahasiswa kampus tersebut.

Ia mengatakan, mahasiswa yang merupakan generasi masa depan tidak boleh berpikir sempit. Sehingga moderasi beragama merupakan sebuah konsep yang harus diterapkan para mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari.

“Kita sebagai muslim harus menerapkan moderasi beragama dan ini merupakan cara pandang untuk bersikap adil dalam segala hal, khususnya di era disrupsi seperti sekarang. Jika kita tidak siap hidup di era disrupsi akan ketinggalan,” katanya.

BACA YUK:  Warga Binaan Lapas Cirebon Gunakan Hak Pilihnya

Ia mengatakan, konsep tersebut sebenarnya sudah diterapkan Nabi Muhammad SAW saat hijrah ke Madinah. Bahkan, saat itu Rasulallah tidak hanya menyatukan kaum muhajirin dan anshor, tetapi semua komponen masyarakat Madinah.

Mengingat di Madinah di masa itu tidak hanya dihuni oleh umat muslim, tetapi terdapat juga kalangan majusi hingga yahudi. Seluruh komponennya pun dipertahankan sehingga terbentuk tatanan sosial yang dituangkan dalam Piaham Madinah.

“Sistem sosiokultur yang dibangun Nabi di Madinah sangat luar biasa sehingga hubungan multikulturalnya sangat kuat. Jadi, hijrahnya Nabi dari Makkah ke Madinah justru membuka peluang kerja sama antar semua golongan,” ucapnya.

BACA YUK:  Polsek Kesambi Bagikan Ratusan Takjil Jelang Buka Puasa Kepada Masyarakat

Sementara itu, Sekretaris FKUB Kabupaten Cirebon, Mursana yang turut menjadi pemateri dalam Workshop Moderasi Beragama tersebut mengungkapkan, saat ini wilayah Cirebon dicap sebagai zona merah radikalisme.

Menurutnya, hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat Cirebon, terutama para mahasiswa agar tidak terjerumus ke dalam ajaran paham radikal. Sehingga konsep moderasi beragama merupakan solusi atas tantangan tersebut.

“Workshop ini merupakan solusinya karena moderasi beragama membuat kita tidak terlalu ekstrem ke aliran kanan atau kiri. Mahasiswa pun tidak berlebih-lebihan dalam mengamalkan ajaran agama,” jelasnya.

Workshop Moderasi beragama yang diselenggarakan Kemenag RI bekerja sama dengan Yayasan Lentera Muda Indonesia tersebut juga menghadirkan Dosen IAIN Syekh Nurjati, Afifi Hasbunallah, dan menyampaikan materi tentang Membangun Narasi Islam Indonesia dan Negara Pancasila.

BACA YUK:  Pertamina Tindak Tegas SPBU yang Gunakan Alat Tidak Standar

Dalam sambutannya, Ketua Yayasan Lentera Muda Indonesia, Wahyono, menyampaikan, moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama.

Caranya dengan mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan berlandaskan prinsip adil, berimbang, serta menaati konstitusi sebagai kesepakatan bernegara.

“Sehingga melalui workshop ini, kami mencoba memfasilitasi para mahasiswa Cirebon memahami pentingnya mewujudkan moderasi beragama yang berwawasan kebangsaan, religius, dan berdaya saing,” pungkasnya. (HSY)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *