OPINI : Curhat Solusi untuk Hubungan Serasi

Pada hakikatnya, komunikasi dapat terjadi dimana saja, dan kapan saja. Namun, makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan (ruang), waktu, sosial, dan psikologis. Begitu juga dengan pola konteks komunikasi yang berlangsung di dalam keluarga berbeda dengan yang terjadi di sekolah. Karena memang kedua lingkungan berbeda. Suasana di rumah bersifat informal, sedangkan suasana di sekolah bersifat formal.
Oleh karena itu, komunikasi di dalam keluarga memiliki peranan yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan dan mengubah perilaku anak di luar lingkungan keluarga (di masyarakat). Apabila komunikasi antara orang tua, baik bapak dan ibu kepada anak ataupun sebaliknya dilakukan dengan komunikatif dan secara intensif dengan rasa saling menghargai di antara mereka, maka akan terjalin hubungan yang serasi, dan harmonis (khususnya terjadi pada keluarga utuh/lengkap, terdapat bapak, ibu dan anak).
Pola komunikasi yang dibangun akan mempengaruhi pola asuh orang tua. Dengan pola komunikasi yang baik diharapkan akan tercipta pola asuh yang baik. Dalam komunikasi berpola interaksional, maka kedua belah pihak (anak dan orang tua) yang terlibat dalam komunikasi sama-sama aktif dan kreatif dalam menciptakan arti terhadap ide dan gagasan yang disampaikan melalui message (pesan), sehingga jalannya komunikasi terkesan lebih dinamis dan komunikatif.
Hubungan dan komunikasi anak dengan kedua orang tuanya, merupakan hubungan paling kuat dibandingkan dengan berbagai bentuk hubungan lain. Kedekatan anak dengan ibunya merupakan suatu hal yang wajar, mengingat ibu merupakan panutan anak, selain itu juga ibu memiliki peranan yang vital di dalam keluarga. Mengasuh, mendidik dan membesarkan anak merupakan tugas penting orang tua khususnya ibu. Kedekatan tersebut bersifat batiniah. Hal tersebut menguatkan statement ibu dalam hal posisinya tidak hanya sebagai ibu yang yang patut ditiru, tetapi ibu juga diumpamakan sebagai sahabat sejati anak. Anak dapat dengan mudahnya mengungkapkan isi hatinya kepada ibu, dibandingkan kepada ayahnya.
Oleh karena itu penting sekali diterapkan pola komunikasi yang baik antara ibu dan anak. Karena pola komuikasi yang terjadi berkaitan dengan perkembangan mentalitas atau psikologi anak dalam tumbuh kembangnya. Ayah juga memiliki pengaruh besar terhadap anaknya. Hal tersebut juga dipengaruhi pola komunikasi yang terjalin diantara mereka. Bagaimana pola-pola komunikasi tersebut dapat dijalankan dengan baik, sehingga harmonisasi pun dapat terjadi.
Curhat
Keterbukaan yang diterapkan oleh orang tua memperkuat hubungan komunikasi orang tua dan anak, anak juga mampu menempatkan posisinya sebagai anak yang harus menghormati orang tuanya. Begitu juga dengan orang tua juga harus dapat memahami posisinya sebagai orang yang selalu digugu dan ditiru oleh anak-anaknya. Sehingga mereka dapat saling mengisi antara satu dengan yang lain. Dan masing-masing individu dapat memerankan perannya masing-masing tanpa harus saling menimbulkan konflik.
Curhat atau curahan hati merupakan cara agar keterbukaan antara anak dan orang tua dapat terjadi. Dan biasanya yang diceritakan itu masalah personal, misalnya tentang pekerjaan dan pasangan. Curhat dibutuhkan karena tak selamanya anak bisa mengatasi kegundahan, mengadukan kegelisahan, menguraikan rasa sakit hati dan menyelesaikan permasalahannya sendiri. Pada kegiatan ini diartikan pentingnya memiliki intensi tinggi untuk curhat pada kedua orang tuanya.
Teori Kebutuhan Antarpribadi
Salah satu teori yang menjelaskan tentang pentingnya curhat antara anak pada orang tuanya adalah teori kebutuhan antarpribadi (interpersonal needs theory). Teori yang dikemukakan oleh psikolog Will Schutz ini menjelaskan tentang tiga kebutuhan antarpibadi yang penting dalam mempengaruhi komunikasi yaitu kebutuhan kendali, kebutuhan inklusi, dan kebutuhan afeksi :
- Kebutuhan Kendali
Semua anak membutuhkan kontrol, untuk motivasi dalam mengembangkan derajat pengaruh dalam hubungan yang kita jalani. Pada hubungan dimana kendali dimiliki oleh anak dan orang tua hubungan secara cukup maka hubungan tersebut akan mendatangkan kenyamanan.
Tetapi ketika yang terjadi adalah salah satu dominan dalam memberikan kendali dalam hubungan akan membuat sala satu yang memiliki kendali kurang menjadi semakin tergantung. Secara garis besar anak curhat ada tujuan tersendiri pertama ingin mencari solusi, kedua ingin pengakuan atau respons positif, ketiga ingin mencari perhatian.
Dengan curhat orang tua akan tahu kondisi anak, memahami perasaan anak, dan anak akan lebih terkontrol dan terarah. Dalam kegiatan ini adalah faktor tentang pentingnya memiliki intensi tinggi untuk curhat pada kedua orang tuanya. Sebagai seorang anak yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, anak memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya.
- Kebutuhan Inklusi
Manusia memiliki kebutuhan untuk dimiliki dan memiliki, kebutuhan untuk terlibat aktif dalam aktivitas dan interaksi yang positif dengan orang lain. Sebagian anak memiliki kebutuhan keterlibatan lebih tinggi dengan orang lain. Meskipun begitu, fakta menunjukkan bahkan anak tetap membutuhkan interaksi dengan orang tua. Anak dengan kemampuan untuk memiliki keterlibatan tinggi cenderung membuka diri dengan curhat pada orang tua.
Curhat bisa juga ditindaklanjuti sebagai aktivitas berbagi pengalaman, bertukar pikiran dan berbagi perasaan. Karena itu, curhat menjadi kebutuhan psikis yang dianggap penting yang harus dilakukan anak pada orang tuanya.
- Kebutuhan Afeksi
Manusia membutuhkan manusia lain dalam kehidupannya untuk berbagi cerita dan cinta. Semakin sering individu tersebut memberi dan menerima afeksi dari orang lain akan semakin tinggi kepercayaan dirinya dan akan cenderung lebih bahagia. Salah satunya dengan curhat anak pada orang tuanya. Sebagai ajang berbagi, curhat memiliki banyak manfaat. Pertama, melegakan dan menenangkan perasaan. Di saat sedih dan gundah, anak butuh teman walaupun hanya untuk sekedar mendengarkan keluh kesah kita.
Curhat kepada orang tua paling tidak bisa meringankan beban yang menghimpit perasaan. Selain itu, hati dan pikiran kita bisa jauh lebih tenang. Kedua, curhat bisa membuat hubungan semakin dekat dan erat dengan orang tua. Kedekatan timbul karena rasa nyaman, rasa percaya dan adanya rasa menghargai dan dihargai. Orang tua pun akan merasa dihargai dan dipercaya karena umumnya curhat menyangkut masalah pribadi, sehingga ia juga bisa lebih memahami pribadi anaknya yang curhat tersebut.
Demikian pula anak yang curhat, dengan adanya respon dari orang tua sebagai pendengar curhatnya, ia merasa dihargai dan dimengerti. Saling percaya, saling memahami dan pengertian merupakan faktor yang bisa mempererat dan melanggengkan hubungan antara anak dengan orang tua.
Hal serupa juga dibuktikan oleh iklan SariWangi yang mengusungkan tema “Berani Bicara” yang diperankan oleh Mona Ratuliu sebagai ibu, Indra Brasco sebagai ayah, dan pemeran anak. Dalam iklan tersebut terlihat bahwa berbagi cerita dengan orang tua sangatlah penting agar tidak terjadi konflik dan selesainya suatu masalah. Sang anak yang ingin mengungkapkan keinginannya awalnya ragu untuk memberitahu orang tuanya. Namun, sang ibu mengerti dan membantu sang anak untuk memberitahu ayahnya juga. Awalnya sang ayah yang menolak keinginan anak, akan tetapi setelah melihat kondisi dari berbagai sisi, maka keinginan sang anak pun diperbolehkan.
Dalam hal ini teori kebutuhan antarpribadi juga berperan. Sang anak yang sulit untuk membuat keputusan, akan tetapi dengan kebutuhan kendali hal itu mudah dilakukan. Dalam kebutuhan inklusi, sang anak tetap membutuhkan orang tuanya untuk membicarakan segala hal termasuk keinginannya yang diharapkan dapat terpenuhi. Untuk kebutuhan afeksi, sang anak merasa senang setelah berbagi cerita dan memberitahu keinginannya pada orang tuanya. (*)
Penulis : Trisnayanti, merupakan Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Provinsi Banten
*Nina Yuliana, merupakan dosen di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Mata Kuliah Komunikasi Antarpribadi
REFERENSI
Juariyah, & Kharisma, A. (n.d.). KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DAN ANAK DALAM KELUARGA (Studi Kkasus Hubungan Antara Anak Dengan Orang Tua Sebagai Single Parents). 1–31.
Rakhmawati, Y. (2019). Komunikasi Antarpribadi Konsep dan Kajian Empiris (N. Suryandari (ed.)). CV. Putra Media Nusantara.
Widodo, S., Suryani, L., Sularmi, L., Pratama, Y., & Dianti, R. (2020). RENDAHNYA INTENSI ANAK UNTUK CURHAT KEPADA ORANG TUA PADA SISWA MTS MATHLAUL ANWAR. Jurnal ABDIMAS, 1(2), 67–74.