Nanti Malam ; Pentas Seni, Budaya dan Doa Digelar di Keraton Kanoman

Cirebon, 3 Maret 2014, – Pentas Seni, Budaya dan Doa Keselamatan untuk Umat se-Dunia akan digelar di Keraton Kanoman namti malam (03/03/2014). Buwana Meneng’ merupakan seremoni ‘Doa untuk keselamatan Umat Sedunia’ yang dikemas dalam “opera seremoni” peleburan air dari sumber mata air utama di Cirebon, yakni Sumur Pitu Gunung Jati, Sumur Pitu Keraton Kanoman, serta Sumur Pitu Patok Utama Kota Cirebon.

Seluruh bangunan dalam komplek keraton disetting dengan tata cahaya dan video mapping: Cungkup Alu, Cungkup Lesung, Pancaratna,, Semirang, Pancaniti.

Siti Hinggil, Balai Manguntur. Mande karesmen, Paseban, Seblawong, Lonceng gajah mungkur, Langgar Kanoman, Paseban Singabrata Jinem, Taman kebun bintang, pohon pohon beringin tua dan lain lain. Video mapping merupakan sebuah tekhnik video yang menggunakan pencahayaan dan proyeksi sehingga dapat menciptakan ilusi.

Buwana Meneng adalah ide sebuah kesatuan warna di atas panggung dengan penggarapan yang tegas dan tersistematis, menggambarkan Cirebon yang kaya akan budaya dan warisan religius, yang akan disuguhkan dalam bentuk repertoar Seni pertunjukan sebagai rangkaian ‘doa bersama’. Repertoar ini akan digarap dalam bentuk konfigurasi musikal dengan tampilan kolosal, dengan spirit kekuatan Budaya Cirebon, yang melibatkan kesenian tradisi maupun modern yang berkembang di masyarakat; seperti seni tari, Musik dan instalasi, hingga identitas kebangsaan dll. Paduan seluruh olah bahasa dan gerak, bunyi benda-benda, tanda aikonik dan ruang pemaknaan masing-masingnya diramu dengan harmonis dalam satu kesatuan tampilan yang lengkap dan utuh. Setiap elemen tampilan akan mengambil nafas identitas lokal dengan spirit kebaruan, yang masing-masing memiliki porsi ideal sebagaimana kebutuhan.

Sebagai sebuah pergelaran kolosal, tentu saja musik memiliki porsi yang diminati, karena ia yang memberi ruh dari bahasa, gerak teateral, instalasi dan tari tersebut. Karena watak domoinannya tersebut, spirit musik yang akan menjadi rancangan konsep kami
adalah ‘Cirebon Neo Culture’. Sebuah garapan antara: Instrumen musik Bedug Genjring, Orchestra, Paduan Suara, Perkusi, Band dan Electronic Voice). Sedangkan yang menjadi bingkai pergelaran dari pola, gerak, bahasa, instalasi dan pemaknaanya, akan disuguhkan “Video Art” sebagai penghubung kolaborasi antara beberapa aikon tampilan, sehingga dari pergelaran ini akan menghasilkan peristiwa budaya yang gebyar, agung, eksotik dan khas. Acara ini juga melibatkan kolaborasi penampilan Charly Van Houten, Dance Teatrikal, Teater Poetrycal, Tarian Api, Rampak Topeng Kelana, Ayah Oong, Regina, Cheppy Irawan Oi dan Arya 86.

Opera seremoni

Buwana meneng: sebuah pertunjukan kolaborasi antara seni suara, musik, teater, seni tradisional cirebon serta lakon gerak dan tari yang menggambarkan kejadian-kejadian dan lakulampah alam dan manusia, tersaji dalam sebuah opera yang disajikan oleh para seniman dari berbagai unsur seni yang ada, seni tradisi, seni modern dan multidimensi, pagelaran ini merupakan persembahan, sebagai pengingat dan dokumentasi atas sejarah faktual, tentang bumi yang kini telah bergejolak. Seremoni doa yang dipanjatkan adalah permohonan kepada Allah swt. agar bumi tak lagi bergejolak, berhenti marah atas perilaku manusia, meneng, yang tersaji dalam “opera seremoni buwana meneng’’.

Kirab larung merupakan merupakan kirab prajurit keraton kanoman bersama masyarakat guna melakukan pelarungan air tujuh sumur dari tiga penjuru yang telah tercampur dalam sebuah doa, air dari segala penjuru di Cirebon yang notabene tersirat sebagai puser bumi, mengambil hikmah kesantunan air dalam kehidupan, untuk disatukan, didoakan, lalu air yang diambil dari sumur pitu Kraton Kanoman, Sumur Pitu Gunung Jati, dan sumur pitu Kota Cirebon ini akan dilarung ke laut lepas sebagai symbol penyebaran doa, dan air kembali menjadi sumber kehidupan. Setelah selesai prosesi pelarungan, maka seluruh pasukan kirab akan kembali, ke Keraton Kanoman untuk sowan dan melaporkan kepada Sultan Kanoman XII, Gusti Sultan Raja Mohammad Emiruddin, bahwa pelarungan telah selesai. (AC313)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *