Naiknya Dolar AS, Pengrajin Tempe Alami Penurunan Keuntungan Hingga 40%

Cirebon,- Naiknya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah berdampak pada berbagai aspek. Salah satu dampak tersebut dirasakan oleh penjual tempe yang menggunakan bahan baku kacang kedelai impor dari AS.

Pengrajin tempe di Blok Kedung Uter Desa Kedawung Kabupaten Cirebon misalnya, mereka mengeluh harga kacang kedelai impor yang naik mengakibatkan keuntungannya berkurang hingga 40%.

“Harga normal kacang kedelai kan biasanya sekitar Rp7.500 per kilo, sekarang harganya Rp8.000 per kilonya,” ungkap pengrajin Tempe di Kedawung, Sandy kepada About Cirebon.

BACA YUK:  DPRD Kota Cirebon Bentuk Pansus LKPj Walikota Cirebon 2024

Dalam seminggu, pengrajin kelas rumahan ini mampu memproduksi 1 ton kedelai yang dibuat menjadi tempe. Meski kenaikannya hanya pada selisih Rp500 per kilogram, namun mengakibatkan merosotnya keuntungan.

“Harga kedelai naik, mana bisa harga tempe ikutan naik. Yang ada langgan gak mau beli tempe kita nantinya,” ujar Sandy.

Mengurangi potongan tempe pun tidak dilakukan oleh pengrajin tempe ini, karena mereka akan menghadapi persaingan dengan pengrajin tempe lainnya. Sandy tak ingin pelanggannya yang dari Pasar Kanoman tersebut berpindah ke pengrajin tempe lainnya.

BACA YUK:  Polisi Masih Dalami Meninggalnya 4 Karyawan Mall di Ruang Septic Tank

Hal yang sama pun terjadi pada pengrajin tahu, Tohari. Dia juga mengaku alami penurunan keuntungan sampai 10% sejak pertengahan Agustus lalu.

“Dagang lagi sepi, ditambah bahan baku naik, jadi bingung, keuntungannya berkurang,” ujarnya saat ditemui di pabrik miliknya daerah Kedawung.

Dia berharap harga bisa kembali normal agar produksi dan keuntungannya pun bisa terus stabil. (AC560)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *