Nahdlatul Ulama Kabupaten Cirebon Tolak Full Day School

Cirebon, 30 Agustus 2017,- Puluhan ribu pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Santri Nahdlatul Ulama (NU) se-Kabupaten Cirebon, menggelar istigosah yang berlangsung di Lapangan Pataraksa, Komplek Perkantoran Sumbur, Rabu (30/08/2017).

Aksi puluhan ribu pelajar tersebut menolak kebijakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan terkait berlakunya sekolah delapan jam selama lima hari atau Full Day School (FDS).

KH. Aziz Hakim Syaerozi, selaku Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Cirebon mengatakan, kegiatan hari ini merupakan rapat akbar warga Nahdlatul Ulama (NU) se-Kabupaten Cirebon terkait penerapan Full Day School.

BACA YUK:  Disperdagin dan Kejaksaan Kabupaten Cirebon Gelar Bazar Ramadan Jelang Lebaran

Katanya, kami ingin memperlihatkan, ingin meyakinkan kepada publik, bahwa warga NU Kabupaten Cirebon betul-betul menolak keberadaan peraturan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan no 23 tahun 2017.

“Kenapa demikian, karena fakta di lapangan FDS yang sudah diterapkan di beberapa sekolah di Kabupaten Cirebon terutama di tingkat SMA, bahwa siswa sangat kelelahan, kemudian sore harinya banyak siswa yang dulunya ikut mengaji dan pendidikan keagamaan sudah tidak ada lagi,” ujarnya.

Menurutnya, ini sudah jelas, bahwa ternyata kebijakan tersebut dalam kasat mata sudah kelihatan mudhorotnya, tetapi manfaatnya kita sama sekali tidak pernah terlihat seperti apa.

BACA YUK:  Usung Konsep Drive Thru, Alpuked.id Tawarkan Berbagai Varian Rasa

“Karena itu, warga NU Kabupaten Cirebon hanya akan meminta dua tuntutan, yaitu mulai besok sudah tidak ada lagi sekolah yang menerapkan FDS dan tidak ada lagi percobaan untuk FDS,” tegasnya.

Lanjut dia, penerapan FDS ini hanya melihat dari masyarakat kota, akan tetapi untuk masyarakat di kampung jelas beda. Orang tidak mampu misalnya, banyak siswa yang setengah hari mereka ikut pendidikan dan setengah hari membantu orang tuanya mancari nafkah.

“Membantu orang tua sebetulnya bagian dari pendidikan kemandirian, sejak kecil masyarakat tidak mampu sudah dilatih untuk mandiri,” pungkasnya. (AC212)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *