Mengenal Miskadna, Maestro Gerabah Sitiwinangun Sejak Era Bung Karno

Cirebon,- Kerutan dan rambut yang memutih seluruhnya pertanda bagi Miskadna (77), seorang perajin gerabah yang tak muda lagi. Menjadi generasi ke-3 seniman pengrajin gerabah di Sitiwinangun, Jamblang, Kabupaten Cirebon merupakan suatu kebanggaan bagi dirinya.

Miskadna, sejak era Presiden RI pertama tepatnya saat usia kelas 1 SD dirinya mulai bergelut dengan gerabah.

“Dulu era Soekarno, membantu di bapa (ayah Miskadna) bikin padasan, singa barong, sama celengan semar atau kalo kata orang mah celengan Jamblang,” tutur Miskadna dengan bahasa Cerbonan.

BACA YUK:  Inilah Lampu Merah di Kota Cirebon yang Tidak Ditutup Selama Arus Balik

Dengan sorot mata yang penuh kenangan Miskadna mengatakan, bahwa sejak dulu dirinya terus menerus menggeluti gerabah khususnya singa barong dan padasan bermotif.

“Dulu, sampai sekarang saya seringnya bikin singa barong, padasan (semacam gentong wudhu) juga tapi jarang dan padasan itu dulunya sebenarnya polos tapi saya yang cetuskan kasih motif,” beber pria kelahiran 1945 tersebut.

Menjadi generasi ke-3 pengrajin gerabah, ia juga menceritakan tidak hanya ketiga produk di atas. Melainkan, terdapat produk lainnya seperti gentong, pedaringan (tempat beras), dan coet (ulekan dan cobek) yang merupakan kebutuhan rumah tangga.

BACA YUK:  Dinkes Kota Cirebon : 36,6 Persen Remaja Putri di Kota Cirebon Menderita Anemia

Sekitar tahun 60 atau 70an diakuinya, produk gerabah milik keluarganya selalu dipesan dari Banten dan yang paling dekat wilayah Plered.

“Banyak yang beli biasanya singa barong sama padasan ukir itu dibeli sama orang Banten seharga satu gram emas, dan dulu bisa sampai 4 truk yang berangkat,” tuturnya.

Berbeda dengan saat ini yang tidak begitu banyak pembeli, di sisi lain di beberapa kota sudah membuat sendiri, ditambah dengan adanya produk plastik. Meski demikian, Miskadna akan terus menurunkan kemampuannya kepada anak cucunya sehingga terus bertahan.

BACA YUK:  BPJS Kesehatan Hadirkan Posko Mudik Kesehatan, Ini Fasilitasnnya

“Alhamdulillah anak saya bisa, saya turunkan ke anak,” celetuknya.

Sebagai warga dan pengrajin asli setempat, Miskadna berharap terus kerajinan gerabah dapat turun terus dan dinikmati oleh generasi berikutnya. (SUB)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *