Mari Menulis !!! Oleh : Bakhrul Amal

Berbahagialah, bersenang-senanglah, karena ketika kalian hadir dalam acara ini, maka, kalian adalah bagian dari anak muda yang cerdas, peduli dan penuh semangat.

Tulisan ini tanpa tendensi menggurui ataupun merasa lebih tahu. Tulisan ini hanya sekedar pengalaman yang diuraikan dalam bahasa penulis. Yang bahkan mungkin, tulisan ini tidak memiliki pengaruh apapun.

Ketika kang Mamang menwari saya untuk mengisi acara ini, maka jawaban saya satu, saya “bisa” !. Saya tidak pernah berpikir terlalu larut, tidak pernah pula mempertimbangkan hal-hal yang belum terjadi. Saya hanya memiliki satu keyakinan, bahwa apabila saya menolak ajakan kang Mamang, saya akan menyesal karena saya tidak bisa bertemu dengan wajah penuh talenta-talenta hebat dan luar biasa cerah di masa depannya. Sederhana saja kesimpulan yang saya buat, karena orang yang mau menulis adalah orang yang siap menggoreskan namanya dalam tinta-tinta sejarah.

Mungkin, beberapa pembaca akan merasa bahwa apa yang saya katakan di atas berlebihan. Mungkin juga ada yang beranggapan bahwa itu hanya basa-basi. Apapun itu, manusia memang dikaruniai satu sifat yang mana kita menyebutnya dengan sifat curiga. Oleh karena itu, maka, paragraf-paragraf selanjutnya akan saya paparkan suatu fakta, yang semoga saja akan membuat pembaca yakin bahwa apa yang saya katakan benar adanya.

Yang pertama, ini adalah hal sederhana yang jarang sekali kita sadari, atau mungkin bahkan untuk sekedar memikirkan pun tidak pernah. Setiap perjalanan, entah itu menggunakan perahu, kendaraan bermotor dan pesawat pastilah memerlukan apa yang dinamakan dengan peta. Apabila tidak ada peta itu, maka kita tahu, kita akan tersesat. Sama dengan kehidupan, tetapi kehidupan memiliki petanya sendiri. Peta dalam dunia kehidupan adalah tulisan, rangkuman catatan-catatan perjalan dan sebagainya yang kemudian kita baca dan kita gunakan sebagai penuntun hidup.

Ada ungkapan klasik, yang bunyinya verba volant;scripta manent. Ungkapan itu memiliki arti, yang terucap segera lenyap, yang tertulis itu permanen. Bayangkan, dunia tanpa tulisan, kita sebagai manusia penerus pasti tidak akan pernah tahu dari mana kita harus memulai dan bagaimana kita mengakhirinya.

Selanjutnya, kenyataan ini agaknya paling sulit ditolak. Jika di awal kita membicarakan bagaimana tulisan itu mampu menjadi penuntun kita secara langsung. Yang kedua ini adalah, tulisan mampu menyegarkan dan memberikan kita wawasan. Lewat tulisan, ilmu-ilmu baik berupa eksak maupun sosial bisa kita pelajari tanpa harus takut kita melupakannya. Bukan berarti melemahkan akal, tetapi lebih menyadari bahwa kita adalah makhluk Tuhan yang lemah, yang memiliki kekurangan dan keniscayaan pada apa yang kita sebut denga LUPA. (al-insanu mahalul khata’ wanisyan)

Kedua hal yang disebutkan di atas, saya rasa cukup untuk mewakili bagaimana tulisan nyatanya mampu memberikan manfaat yang begitu besar bagi kita. Namun, kecukupan itu bukan berarti membuat kita kemudian menjadi konsumtif dan tidak membuat suatu hal yang baru.

Manusia adalah makhluk yang berpikir (al-insan hayawan natiq). Manusia setelah diberikan informasi kemudian akan meresapi, ia memilih mana yang baik dan benar, mana yang indah dan buruk dan mana yang harus ditempuh dan tidak. Dengan logika ini, kemudian manusia diberkahi apa yang namanya cara pandang atau keyakinan, yang hal itu adalah suatu hal yang pasti. “Aku mungkin setuju dengan hal ini, tapi kamu tidak, kamu setuju kadangkala aku tidak sepakat”.

Setiap kesukaan ataupun penolakan, semua pasti memiliki alasannya sendiri-sendiri. Tentunya, kita ingin orang lain pun tahu apa yang menjadi argumen kita, oleh karenanya hal terbaik adalah dengan menuliskan gagasan kita. Kita hanya punya satu mulut dan dua kaki. Bayangkan, berapa lama waktu kita untuk menyampaikan itu (gagasan, ide dan pengetahuan baru) jika tidak dengan tulisan.

Apa yang kita tuliskan dalam secarik kertas itu kemudian terbang kesana kemari, dibaca oleh macam-macam orang dan memperbaharui pemikiran sebelumnya. Lewat tulisan kita, orang yang tadinya sakit bisa sembuh seketika karena dia merasa ada hal baru yang berharga. Lewat tulisan, kita mampu membangkitkan orang lemah untuk sadar bahwa mereka kuat.  Lewat tulisan juga, orang yang sebelumnya berpikir tidak mungkin pada akhirnya menjadi yakin. Tentunya, apa yang kita tulis pada akhirnya tidak hanya menjadi kebahagiaan untuk kita, tetapi untuk orang lain yang membacanya, baik tak sengaja maupun sengaja.

Sampai sini, semua telah sepakat kan, bahwa menulis itu istimewa dan penuh dengan hal-hal baik yang tidak kita sadari.

Sekarang, waktunya kita masuk pada pembahasan selanjutnya, yaitu bagaimana caranya kita menulis atau lebih tepatnya bagaimana membangkitkan mood kita untuk menulis.

Setiap orang yang ingin mulai menulis, pasti memiliki satu kendala kemalasan yang sama. Kendala itu terkumpul menjadi satu dalam konsep 4W. 4W itu adalah What, Why, When, Where. Mari, kita coba membahasnya satu persatu.

WHAT

Sebenarnya menulis tuh apa sih? Kalau gak sesuai kaidah-kaidah yang ada di buku itu berarti bukan menulis yak?

Pertanyaan itu pasti muncul dalam benak setiap orang. Ada dua cara menangapi pertanyaan itu, yang pertama adalah bertanya, dan kedua adalah mengabaikannya. Yang bertanya maka juga akan kebingungan, karena seringkali diberikan jawaban yang rumit dan tidak membantu. Sementara yang mengabaikan, mereka pergi dan tidak menulis.

Menulis itu adalah menyatukan serakan-serakan huruf menjadi kata-kata dalam bentuk tulisan. Tulisan itu kemudian ada yang panjang dan ada yang pendek, ada yang paragrafnya berderet ada pula yang sederhana, semua tergantung kebutuhan. Tetapi yang pasti, menulis adalah untuk orang lain agar dapat membacanya, sehingga,menulispun harus jelas dan bisa dipahami.

Menulis juga tidak dibatasi oleh kaidah-kaidah sakral yang kemudian memagari kreatifitas. Gunakanlah bahasa yang menurutmu nyaman, gunakanlah kata-kata yang kau rangkai menurut kesukaanmu karena menulis itu urusanmu dengan pembaca, yang berhak menghakimimu adalah orang lain yang suka atau tidak terhadap tulisanmu, bukan teori-teori itu.

WHY

Pertanyaannya kemudian berlanjut, mengapa sih harus menulis? Apa pentingnya buat saya kalo nulis?

Jawabannya mungkin sudah diberikan secara tidak sadar pada paragraf di atas. Kita manusia dalah tempatnya lupa, sehingga bentuk kesadaran dan ke-tawadhu an kita, kita realisasikan dengan menulis. Kita juga manusia yang diberikan akal, sebagai bentuk syukur kita maka apa yang ada di akal kita kita tuliskan. Kita manusia juga hidup tidak sendiri, sebagai cinta kasih kita terhadap manusia lainya, kita berikan tulisan kita agar siapa tahu dengan tulisan kita, mereka bisa bahagia atau menemukan suatu hal yang belum mereka temukan sebelumnya.

WHEN

When? Kapan sih kita tuh harus nulis? Aku gak punya waktu !

Sebenarnya ini adalah masalah personal, yang mungkin setiap orang memiliki perbedaan dalam menanggapinya. Jika pertanyaan itu diberikan kepada saya, maka saya akan menjawab bahwa “kapanpun kau suka menulislah”.

Menulis itu tidak melulu harus malam hari, hening dan penuh inspirasi. Jika kita terpaku pada kondisi itu, artinya kita lemah, karena inspirasi kita digantungkan pada kondisi. Menulis itu bisa dimulai dari hal kecil yang kita anggap kita akan sulit mengingatnya. Menulis itu bisa diawali dari hal-hal yang kita anggap menarik dan kita perlu membaginya tidak hanya kepada teman-teman kita. Menulis itu bisa untuk diri kita sendiri, mengolah rasa dan menghilangkan sedih dengan kata-kata.

WHERE

Sama seperti jawaban kapan, dimana juga akan saya jawab dengan “dimanapun!!”.  Mengapa? Saya sebagai manusia menyadari bahwa saya tidak bisa mengkondisikan apapun. Apa yang terjadi dalam hidup ini, Tuhan lah yang memiliki kuasanya. Oleh sebab itu, momen-momen indah janganlah kita buang sia-sia. Ketika kita menemukan hal yang menurut kita bagus dan menarik untuk di tulis, menulislah.

Wah cukup banyak juga ya. Kayaknya cukup deh segini aja, takut nanti malah pada males lagi bacanya.

Pada intinya, diakhir paragraf ini, saya ingin mengajak teman-teman untuk terus menulis dan menulis. Semangat datang hadir di acara ini adalah bukti bahwa keinginan teman-teman begitu luar biasa kuat. Tetapi keinginan hanya akan menjadi angin yang terbang tak jelas arahnya tanpa di tunaikan. Segera, kata Bung Karno “tunaikan kewajibanmu, jangan pernah hitung-hitung akibatnya !!!”

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *