Lismah Rahmawati Rosyid: Peduli Pendidikan Anak Cirebon Lewat Story Telling

Cirebon,- Pendidikan anak yang berkualitas bukan dinilai dari angka, melainkan dari nilai-nilai yang mendukung karakter dan berbudaya. Itulah penggalan kata yang diungkapkan oleh Lismah Rahmawati Rosyid, wanita yang sukarela mengadakan Story Telling di Perpustakaan Umum 400 Kota Cirebon.

Harapannya bukan sekedar kata, melainkan perbuatan. Dia berharap pendidikan di Cirebon kedepannya lebih berkualitas, berkarakter, dan berbudaya literasi.

“Saya memang bergerak di bidang pendidikan anak usia dini, saya kelola PAUD sosial, buat anak-anak yang background ekonomi merupakan keluarga sederhana,” ungkapnya kepada About Cirebon.

Disamping kesibukannya mengurus keluarga dan PAUD, Lismah yang kini akan menginjak usia 50 tahun berkeinginan mengembangkan pendidikan. Beberapa tahun lalu dia mengajukan untuk story telling di Perpustakaan 400, namun baru terealisasi di tahun 2018 ini.

BACA YUK:  Grebeg Cirebon Katon, Ajang Lestarikan Kebudayaan dan Tingkatkan Perekonomian Kabupaten Cirebon

[Baca juga : Selasa Pagi, Rutin Kegiatan Story Telling di Perpustakaan 400]

“Kebetulan saya pernah tinggal di Australia dan UK, kemudian sempat mengajar di salah satu playgroup di sana. Nah, minat baca anak disana itu sudah terbangun dari sejak usia dini,” terangnya.

Perpustakaan daerah di Australia maupun di UK sudah berjalan dengan baik. Bukan hanya melayani peminjaman buku saja, melainkan perpustakaan di sana ada kegiatan lainnya seperti story telling, kerajinan tangan, dan lainnya.

Dia sangat iri dengan penerapan perpustakaan dan pendidikan di negara maju, sehingga dia coba bawa di Cirebon. Diakuinya, perpustakaan di luar negeri sangat kaya dengan program yang menarik dan edukatif untuk menciptakan atau mewujudkan generasi berliterasi. Yang menarik, semua programnya gratis untuk masyarakat sekitar.

BACA YUK:  Kawasan dan Masjid Al Jabbar Akan Dibuka Kembali 1 Ramadan 1444 Hijriah

“Saya melihat disini semangat pepusnya vakum hanya menunggu pengunjung yang datang membaca dan meminjam buku saja. sementara di negara maju perpus sudah menjadi kebutuhan masyarakat untuk belajar, mendapatkan banyak informasi dan melakukan banyak aktivitas positif,” bebernya.

Selain story telling, Lismah memiliki program lainnya. Dia menginginkan ada jadwal khusus seperti kelas merajut dengan tutor yang ahli dalam merajut, reading challenge, discussion group, bedah buku, temu dengan penulis atau animasi buku dan kursus-kursus yang lain.

Tetapi, menurutnya saat ini dimulai dulu dari yang sederhana dan sangat basic seperti story telling buat anak. Dia juga selalu optimis kegiatan ini nantinya akan menjadi pondasi program rutinitas di perpustakaan.

BACA YUK:  Bank Indonesia Cirebon Gelar Cirebon Bersinergi

“Ini murni kegiatan sosial karena saya memang suka dengan social work sebagai kontribusi kecil pada masyarakat sekitar,” tambahnya.

Lismah saat ini memiliki 2 orang anak. Anak pertamanya baru lulus dari Universitas Gajah Mada (UGM) dan anak kedua kuliah di Universitas Padjajaran Bandung tingkat 3.

“Meski saat ini belum banyak yang tahu dan yang datang masih sedikit, saya tetap istiqomah dengan program ini,” jelasnya.

Harapan Lismah cukup sederhana yakni budaya literasi bisa menjadi habit masyarakat Cirebon, dan perpustakaan ini harus menjadi agent of change masyarakat madani yang berbudaya. (AC560)

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *