Kubur Dendam dan Benci, Demi Damai di Kota Wali

Cirebon,- Aremania dan Bonek. Siapa yang tak tahu rivalitas kedua suporter besar di Indonesia. Bentrokan sering terjadi antara Aremania dan Bonek. Februari lalu, kedua suporter ini terlibat bentrok di Kota Blitar, Jatim. Bentrokan terjadi menjelang laga semifinal Piala Gubernur Jatim di Stadion Supriyadi.
Laga Arema melawan Persebaya, atau Persebaya lawan Arema adalah derby terpanas di Jatim. Jelas membuat tensi darah Bonek dan Aremania selalu tinggi. Sudah dua dekade lebih kedua suporter ini menandatangani nota kesepakatan.
Dikutip dari beberapa sumber, tahun 1999 kedua kelompok suporter ini bersama Kapolda Jatim menandatangani nota kesepakatan. Isinya bahwa masing-masing kelompok suporter tidak hadir ke kandang lawan dalam laga Arema dan Persebaya. Semenjak tahun 1999, keduanya kelompok ini tak pernah saling tandang dalam laga derby panas Jatim.
Permusuhan kedua kelompok suporter ini menyebar hingga ke daerah-daerah. Aremania dan Bonek kerap saling ejek. Umpatan, makian dan cacian sudah jadi kebiasaan. Bahkan bisa memicu bentrokan.
Tim sepakbolacirebonid penasaran dengan konflik kedua suporter besar tersebut. Beberapa hari lalu, empat dedengkot Aremania Cirebon, yakni Sam Rahmat, Sam Obo, Sam Audi dan Sam Mulyana menerima undangan untuk mampir ke markas sepakbolacirebonid. Salah satu topik perbincangannya adalah tentang rivalitas antara Aremania dan Bonek. Bagaimanakah rivalitas kedua suporter ini di Cirebon, kota yang berjuluk Tanah Wali atau Kota Wali?
Saat ini usia Aremania Cirebon mencapai satu dekade, atau 10 tahun. Beberapa pendiri Aremania Cirebon awalnya tak saling mengenal. Kemudian, terbesit untuk membuat pertemuan bagi yang cinta Arema. Sam Rahmat salah satu pelaku sejarahnya.
“Dari situ kita mulai menggelar pertemuan. Sedikit demi sedikit hingga akhirnya banyak,” kata Rahmat mengawali perbincangan dengan sepakbolacirebonid.
Aremania Cirebon tak pernah meminta sejumlah syarat kepada anggota barunya. Hanya satu yang diminta, yakni mencintai Arema. Anggota pun tak diwajibkan untuk membenci Bonek. Bahkan, dianjurkan untuk berdamai.
Aremania Cirebon sadar, permusuhan antara Aremania dan Bonek tak sejatinya menjadi alasan untuk saling membenci sesama masyarakat Cirebon. Merawat perdamaian lebih penting ketimbang bermusuhan.
Sam Obo menilai rivalitas Aremania dan Bonek biar lah menjadi bumbu dalam setiap laga klasik derby panas Jatim. “Di Cirebon jangan sampai Aremania sama Bonek ribut. Jangan menyangkutpautkan. Jatim ya Jatim. Tapi kita, harus tetap jaga nama baik Cirebon. Kita ingin itu. Saling menghargai, jangan ikutan seperti yang terjadi di luar daerah,” kata Obo.
Obo pun memiliki prinsip untuk tidak pernah merawat dendam dan kebencian terhadap Bonek. Ia ingin Kota Wali ini tetap damai. Saling akur, guyub dan seduluran.
“Kubur dendam dan kebencian di bawah bendera Cirebon,” ucap Obo.
Ketiga dedengkot Aremania Cirebon lainnya, yakni Audi, Mulyana dan Rahmat mengamini omongan Obo.
Audi kemudian menceritakan tentang momen yang tak bisa dilupakan saat menyaksikan Arema. Utamanya tentang menghormati kelompok suporter lain. Laga final Piala Bhayangkara 2016 di Stadion Gelora Bung Karno, antara Arema melawan Persib adalah salah satu laga spesial baginya. Arema berhasil menumbangkan Persib dengan skor 2-0.
“Kita ketemu kawan-kawan dari Bandung, Bobotoh dan Viking. Tentram. Tapi memang ada provokasi. Kita juga ketemu teman-teman viking dari Cirebon juga. Arema menang waktu itu,” kata Audi.
Selain berbincang tentang rivalitas kedua kelompok suporter ini. Aremania Cirebon juga menyoroti tentang kepastian pelaksanaan Liga 1 yang tak kunjung pasti. Intinya, Aremania Cirebon sepakat liga dilanjutkan. Tetap mematuhi protokol kesehatan pencegahan penyebaran.
Silakan simak obrolan lengkapnya di kanal Youtube tarkamphotographerclub, dan akun Spotify sepakbolacirebon.id. Lokal, Vokal, Total !!