Konsumsi Gadget Berlebih, Remaja Berpotensi Lakukan Cyber Bullying?

Cirebon, 7 Desember 2013, – Munculnya media baru yaitu internet, merupakan sebuah bukti bahwa perkembangan teknologi di dunia semakin maju dan dampaknya tidak bisa kita hindari. Sekarang, siapa yang tidak mengenal internet? Hampir seluruh kalangan masyarakat pasti tahu apa itu internet, ditambah lagi sekarang internet dapat kita nikmati pada perangkat handphone yaitu pada berbagai macam smartphone yang saat ini sedang in. Karena kelebihannya yang praktis, smartphone atau gadget ini sudah menjadi pilihan hampir seluruh masyarakat sebagai perangkat untuk menikmati internet.

Munculnya berbagai macam merk gadget dengan variasi harga yang relatif murah sudah menjadikan gadget bukan lagi barang mewah, bahkan anak kecil pun sudah sangat pintar dalam menggunakannya. Jadi tidak heran apabila seorang anak di era digital kini sudah memiliki gadget pribadi. Pertanyaannya sekarang, apakah sebenarnya sudah layak seorang anak yang belum banyak mengetahui tentang dunia, menikmati seluruh perkembangan dunia saat ini melalui internet?

Bukan tidak boleh bagi seorang anak untuk menikmati perkembangan teknologi saat ini melalui gadget yang dimiliknya, namun yang harus diperhatikan adalah segala macam dampaknya. Apalagi penggunaan gadget pada anak usia remaja yang hampir sebagian besar mengkonsumsi media sosial seperti facebook, twitter dan lain-lain. Apabila tidak mendapatkan pengawasan yang cukup dari para orang tua, para remaja ini sangat berpotensi untuk melakukan yang namanya cyber bullying.

Belakangan ini, bullying juga dilakukan dengan bantuan teknologi seperti telepon seluler, tablet, komputer.  Jejaring media sosial seperti facebook dan twitter seakan ‘mengkhianati’ tujuan awalnya yang mulia untuk mempererat hubungan antar manusia. Setiap orang bisa menjadi siapa saja dibalik topeng akun-akunnya. Akibatnya, kata-kata negatif berhamburan tanpa dipikirkan dulu secara mendalam apa akibatnya bagi diri, atau orang lain yang membacanya. Dan tindakan tersebut disebut sebagai cyber bullying. Ada banyak tindakan yang dapat disebut sebagai tindakan cyber bullying, seperti:
1.    Melakukan missed call (baca: panggilan telepon sekejap) berulang-ulang
2.    Melakukan panggilan telepon yang bernada mengejek atau mengancam
3.    Mengirimkan sms atau email berisi hinaan atau ancaman
4.    Menyebarkan gosip atau berita burung yang tidak menyenangkan lewat sms, email, status updates, atau komentar di jejaring sosial (facebook, twitter, google+, dll)
5.    Pencuri Identitas Online. Membuat akun (account) dan profil palsu tentang seseorang/target dan melakukan aktivitas (update status, komentar, mengirim pesan, dll) yang merusak nama baik dan hubungan sosialnya.
6.    Berbagi Gambar. Meneruskan (forward) atau membagikan (share) foto/gambar pribadi target tanpa ijin.
7.    Mengunggah, membeberkan informasi pribadi target ke internet tanpa ijin
8.    Membuat blog yang berisi kebencian pada seorang target, atau membuat kampanye di jejaring sosial untuk membuat orang-orang ikut membenci/mem-bully target
9.    Mengunggah video yang memalukan atau memojokkan target sehingga bisa diakses/ditonton semua orang.

Cyber bullying banyak dilakukan oleh para remaja terutama mereka yang mengkonsumsi gadget dan internet secara berlebihan. Di negara lain, sudah banyak sekali kasus dari tindakan cyber bullying yang dilakukan oleh para remaja dan berujung pada tindakan bunuh diri. Mengapa bisa terjadi demikian? Usia remaja merupakan usia yang sangat menentukan akan menjadi pribadi seperti apa mereka di masa mendatang. Di usia remaja, biasanya segala macam hal akan dicoba sebagai upaya untuk mencari jati diri mereka. Nah, di masa ini orang tua sangat berperan penting, terutama dalam penggunaan gadget yang dewasa ini memang sangat sulit dihindari dari kehidupan para remaja.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh Anda sebagai orang tua, agar sang anak tidak mengkonsumsi internet melalui gadgetnya secara berlebihan sehingga dapat terhindar dari yang namanya cyber bullying.
1.    Jadilah digital parent. Sebelum membelikan anak Blackberry, misalnya, Anda tua harus menguasai dulu hal-hal apa yang bisa dilakukan smartphone canggih ini. Ajak anak untuk menunjukkan pada Anda aplikasi atau games yang sedang ia gemari. Sebelumnya, cari tahu tentang aplikasi yang sedang populer supaya Anda bisa memancing diskusi dengannya tentang apa yang bagus dan tidak. Jadikan saat ini sebagai salah satu quality time dengannya. Dunia online adalah tempat bermain anak. Anda juga perlu menjadi bagian dari aktivitas digital anak. Jika anak Anda aktif di media sosial, tapi Anda belum punya akun media sosial, buat sekarang juga.
2.    Batasan waktu. Tentukan kapan dan berapa lama anak bisa berinternet lewat smartphone dan gadget-nya. Ingatkan, anak masih punya banyak aktivitas lain selain berinternet. Seperti saat makan, tegaskan ke anak bahwa saat itu bukan saatnya sang anak asik dengan gadgetnya. Namun, pastikan juga Anda sendiri tidak terlalu asyik dengan gadget di rumah saat sedang bersama anak.
3.    Simpan history chat. Jika anak sudah mulai merambah dunia chatting, orang tua perlu memberi pengertian bahwa anak anak tidak bisa ngobrol dengan sembarang orang tidak dikenal. Pada dasarnya, sama seperti di dunia nyata saja. Anak tetap harus berprilaku sopan saat berbincang dengan teman-temannya. Dengan adanya history chat, Anda bisa mengontrol bagaimana perkembangan
4.    Bahaya pornografi . Pornografi memicu hormon dopamin pada otak manusia, yang dapat mengganggu kemampuan analisis, pemahaman, dan hati nurani. Karenanya, risiko dunia digital seperti sexting (mengirim konten vulgar melalui ponsel), perlu dijelaskan kepada anak. Namun, menjelaskan tentang hal-hal yang termasuk dalam kategori pornografi, orang tua perlu memperhatikan usia anak.
5.    Berteman di dunia maya. Menjadi friend atau follower anak membantu Anda mengetahui kegiatan dan teman-temannya di online. Hindari twitwar dengan anak memarahi atau mengomentari sesuatu yang dapat membuat anak malu di online. Ajak anak untuk mengenalkan teman-teman online-nya juga kepada kita. Sebaliknya, Anda juga tidak boleh menolak kalau anak ingin melihat sekilas aktivitas dan teman-teman orang tuanya di media sosial.
6.    Jadilah teman akrab di dunia nyata. Luangkanlah waktu untuk selalu berkomunikasi dengan anak. Usahakan selalu menjadi pendengar yang baik untuk anak saat mereka bercerita tentang yang masalah yang sedang ia hadapi, dengan begitu anak tidak akan merasa kurang perhatian sehingga harus mencari perhatian orang di dunia maya.
7.    Bijak di media sosial. Memasang status atau foto yang sifatnya detail dan pribadi adalah tindakan yang berisiko. Beri pengertian kepada anak tentang bahayanya mengumbar hal-hal pribadi di media sosial. Terutama untuk anak remaja, ingatkan tentang bahaya mem-post atau mengirim foto-foto bagian tubuh pada orang lain.
8.     Jika anak menjadi korban dari cyber bullying , ingatkan untuk tidak membalas pelaku sama sekali. Kalau hal ini terjadi saat chatting, segera tinggalkan chat room dan segera blok pelaku dari akun anak. Kalau memungkinkan, simpan buktinya untuk dilaporkan ke pihak yang bisa membantu.

Penulis: Dea Dwidinda Lutfi, Mahasiswa di Cirebon

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *