Ketua YBJB: Regenerasi Batik di Cirebon Harus Semakin Banyak

Cirebon,- Regenerasi batik di Jawa Barat masih minim. Karena banyak anak-anak muda yang takut untuk menjadi Perajin dan Pengusaha Batik.

Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB), Sendy Yusuf saat menghadiri Pengukuhan Paguyuban Perajin dan Pengusaha Batik Cirebon (P3BC) di EB Batik Tradisional Cirebon, Jalan Panembahan Utara No. 1, Kabupaten Cirebon, Jumat (18/12/2020).

“Di Jawa Barat masih banyak anak-anak muda yang takut menjadi perajin dan pengusaha batik. Tetapi mereka berbondong-bondong ingin menjadi PNS,” ujar Sendy.

Melihat kepengurusan di organisasi P2BC yang terlibat adalah muda-muda semua, regenerasi harusnya semakin banyak di Kabupaten Cirebon.

Karena, menurut Sendy, hal yang paling sulit adalah melaksanakan regenerasi pembatik. Sehingga, tambahnya, bagaimana kita berusaha keras untuk bisa memberikan pemahaman kepada mereka untuk mau menjadi perajin dan pembatik.

BACA YUK:  Solusi Jaga Kesegaran Makanan Lebih Lama, MODENA Luncurkan Kulkas RF 2650 TGDS di Jawa Barat

“Alhamdulillah di Cirebon bisa menjadi pilot project, bahwa sudah didirikan P3BC yang diketuai oleh anak muda dan pengurusnya usianya di bawah 30 tahun atau generasi milenial,” ungkapnya.

Sendy memberikan apresiasi yang sangat luar biasa kepada P3BC, bahwa di tengah Pandemi Covid-19 saat ini anak-anak muda biasanya berpikir untuk bisa mendapatkan income atau menjual produksi masing-masing.

Tentunya, kita melihat banyak sekali perajin yang terpuruk dan tidak memproduksi lagi, susah menjual sisa produksinya, bahkan banyak pengusaha batik yang gulung tikar, apalagi perajinnya.

“Tapi di sini (Cirebon), mereka (anak-anak muda) mau mendirikan paguyuban untuk membentuk sebuah wadah sudah melek teknologi digital,” jelasnya.

Pihaknya berharap kedepannya, bisa menjadikan sharing informasi, bertukar pengalaman yang positif bagaimana cara menjual dan mempromosikan atau mencari solusi dari permasalahan yang ada.

BACA YUK:  Di Gedung Jaya Suprana Institute, SMSI Paling Awal Menerima Penghargaan MURI

Oleh karena itu, kata Sendy, hal seperti ini harus ditularkan kepada perajin-perajin batik lainnya. Bukan untuk yang muda-muda saja, tetapi yang senior harus mau melek teknologi.

“Karena persaingannya bukan dilihat dari showroom yang cukup mahal, tetapi sekarang tinggal pencet saja selama 24 jam, asal kualitasnya bisa dijaga,” katanya.

Sendy menjelaskan dari seluruh daerah di Jawa Barat, Sentra Batik terbesar yaitu Cirebon, khususnya di Kabupaten Cirebon. Bahkan, dirinya pernah melakukan pendataan di Jawa Barat pada tahun 2008 lalu hanya ada lima daerah pembatikan.

Lima daerah pembatikan tersebut yaitu Kabupaten Cirebon, Indramayu, Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis.

Pada saat itu, kata Sendy, Ciamis sudah terpuruk karena beralih ke printing dan sebagian perajin sudah beralih profesi ke perkebunan.

BACA YUK:  Jadwal Bioskop Cirebon 2 Maret 2024, Film Terbaru Exhuma dan Bonnie

“Padahal saat itu, lima daerah pembatikan ini sudah memiliki Koperasi Batik. Ironisnya di Ciamis koperasi batiknya sudah beralih menjadi koperasi perkebunan.

Melihat kondisi tersebut, kata Sendy, melalui YBJB membangkitkan kembali dengan perlahan memberikan bantuan berupa pelatihan, permodalan, pengembangan desain, pewarnaan, sistem pengolahan limbah, pembuatan buku untuk pelestarian, serta regenerasi pembatik dengan mengadakan pemilihan duta batik Jawa Barat.

“Akhirnya di 27 Kota/Kabupaten di Jawa Barat saat ini sudah memiliki daerah pembatikan. Walaupun mereka adalah daerah pembatikan baru, tetapi kita bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi dan Daerah setempat untuk membuka lapangan pekerjaan kepada generasi muda,” pungkasnya. (AC212)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *