Jelang Panjang Jimat, Keraton Kasepuhan Cirebon Gelar Tradisi Siraman Panjang dan Buka Bekasem Ikan
Cirebon,- Keraton Kasepuhan Cirebon menggelar Siraman Panjang dan buka Bekasem Ikan, yang berlangsung di Dalem Arum Keraton Kasepuhan, Kamis (15/11/2018).
Di Keraton Kasepuhan Cirebon setiap tanggal 5 Maulud melakukan Tradisi Siraman Panjang dan buka Bekasem Ikan.
Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Cirebon, P.R.A. Arief Natadiningrat menjelaskan tradisi Siraman Panjang adalah siraman atau mencuci sembilan piring wali songo yang besar.
“Tetapi, tahun ini hanya 7 piring Wali Songo yang keluar. Karena, untuk sampai 9 piring itu di tahun-tahun tertentu saja,” ujarnya usai tradisi Siraman Panjang.
Lanjut Sultan, Piring Wali Songo tersebut sudah berusia 700 tahun, piring-piring pernah digunakan oleh Wali Songo pada saat melakukan musyawarah.
“Nah ini (piring-piring Wali Songo), dicuci setahun sekali, karena tahun kemarin piring ini dipakai upacara panjang jimat, yaitu setiap tanggal 12 Robiul Awal. Dimana, dipiring ini dibikin nasi jimat dan setelah itu disimpan,” terangnya.
“Setelah satu tahun kemudian piring-piring ini baru di cuci,” imbuhnya.
Menurut Sultan, filosofi dari Siraman Panjang, setiap kegiatan, setiap ibadah kita harus menyucikan diri, seperti bebersih, dan harus bersih dari hadas kecil dan hadas besar.
“Ini lah kita mulai dalam rangka memperingati Maulid Nabi, yang diawali dengan Siraman Panjang,” jelasnya.
Selain Piring Wali Songo, dalam Siraman Panjang Keraton Kasepuhan Cirebon juga mencuci 40 piring kaligrafi yang usianya sudah 600 tahun, dua guci yang usianya 700 tahun dan dua botol kristal yang berusia 500 tahun.
Setelah selesai prosesi Siraman Panjang, Lanjut Sultan, prosesi dilanjutkan dengan buka Bekasem Ikan, yang mana sudah dibuat sejak satu bulan yang lalu dan dimasukan ke guci yang berusia 1.000 tahun.
“Bekasem Ikan tersebut terdiri dari ikan-ikan laut yang diberi ramuan, kemudian dibuka dan dicuci, dan nanti dimasak dengan nasi jimat di dapur Mulud,” terangnya.
Sultan menjelaskan, Dapur Mulud ini adalah dapur yang digunakan hanya setahun sekali setiap bulan Maulud saja.
Sementata itu, Sultan mengatakan pada saat prosesi Panjang Jimat, ada barisan tujuh piring yang menggambarkan bahwa kita mempunyai tujuh hari, mulai dari Senin sampai Minggu.
“Itu lah yang melambangkan tujuh hari, dimana kelahiran seorang manusia di tujuh hari itu,” tandasnya. (AC212)