Jawa Barat Berkontribusi Kebutuhan Gula Nasional Sebesar 36 Persen

Cirebon,- Sebagai salah satu kebutuhan pokok, gula merupakan salah satu komoditas yang berperan dalam pemeliharaan pangan dan revitalisasi pertanian. Jawa Barat pada tahun 2021, memiliki lahan perkebunan tebu seluas 13.063 hektar yang tersebar di Kabupaten Cirebon, Subang, Majalengka, Indramayu, Kuningan, dan Sumedang dengan produksi 742.045 ton tebu.

Hal tersebut disampaikan Staf Ahli Bidang Ekonomi Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yang mewakili Gubernur, Berli Hamdani Gelung Sakti saat Musyawarah Daerah II Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jawa Barat di Kota Cirebon, Kamis (23/6/2022).

BACA YUK:  Masa Tenang Pemilu 2024, Panwascam Lemahwungkuk Kota Cirebon Turunkan 2.066 APK

Menurut Berli, di Jawa Barat memiliki perkebunan tebu seluas 13.063 hektar dengan produksi 742.045 ton tebu, dengan rendemen 7,26 persen yang menghasilkan 53.887 ton gula kristal. Produk gula Jawa Barat, kata Berli, berkontribusi sebesar 36 persen dari kebutuhan gula nasional, atau berada pada peringkat ke-7 yang dibutuhkan masyarakat.

“Jawa Barat berkontribusi sebesar 36 persen dari kebutuhan nasional atau sebagai Provisi penghasil gula kristal putih (GKP) setelah Jawa Timur, Lampung, Jawa Tengah, Sumatra Selatan, Gorontalo dan Sulawesi Selatan,” ujar Berli.

BACA YUK:  Serahkan Laporan Keuangan Tahun 2023 ke BPK, Bupati Imron Berharap Kembali Raih WTP

Saat ini, tambah Berli, di Jawa Barat tersisa 2 pabrik gula yang masih beroperasi, yaitu Pabrik Gula (PG) Tresana Baru dan PG Jatitujuh yang merupakan unit usaha dari PT PG Rajawali II. Seluruh areal pengusahaan tebu, sejak tahun 2020 berada di perkebunan rakyat dan tidak ada lagi perkebunan besar dalam pengelolaan lahan tebu di Jabar.

“Hal ini harus menjadi perhatian bersama. Karena dalam perkembangan tebu banyak tantangan yang dihadapi seperti gula impor yang lebih murah, ketersediaan benih unggul di Jawa Barat, dan kurangnya penerapan teknologi budidaya tebu, berkurangnya lahan perkebunan tebu, modal petani, regenerasi petani, dan perlu moderenisasi teknologi,” katanya.

BACA YUK:  Kerja Sama dengan Cirebon Tiket, Sociamedic Clinic Berikan Harga Spesial Treatment Hemat

Untuk mengubah tantang tersebut menjadi peluang, kata Berli, dibutuhkan sebuah kolaborasi dan komitmen bersama dari seluruh pihak. Mulai dari Akademisi, Kalangan bisnis, pemerintah, komunitas, dan peran dari media.

“Besar harapan kami, APTRI menjadi jembatan penghubung antar petani tebu dengan dunia usaha. Sehingga, dapat meningkatkan kesejahteraan tebu di Jawa Barat,” harap Berli. (HSY)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *