Jalur Pendakian Gunung Ciremai Ditutup Sementara, Penyebabnya Bikin Ngeri

Cirebon – Bagi anda yang dalam waktu dekat merencanakan untuk mendaki Gunung Ciremai terpaksa harus menunda, hal ini dikarenakan jalur pendakian gunung tertinggi di Jawa Barat tersebut masih ditutup hingga batas waktu yang belum ditentukan.

Penutupan jalur pendakian tersebut menyusul kebakaran hutan di area puncak yang terjadi sejak Agustus lalu. Bahkan kondisi tersebut diperparah dengan adanya air bah dari puncak yang membawa material sisa kebakaran yang terjadi Rabu kemarin.

Dalam video yang diunggah akun @gunung_ciremai yang merupakan akun official Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) KLHK Kamis pagi, nampak air bah mengalir sangat deras dan berwarna kehitaman yang membawa material seperti lumpur dari abu dan arang sisa kebakaran hutan.

“Air ini membawa material lumpur dari abu dan arang bekas kebakaran hutan area puncak pada Agustus silam. Air bah sangat berbahaya bagi aktivitas pendakian,” tulis Admin akun Gunung Ciremai dalam video tersebut.

Foto IG: @gunung_ciremai

Ditambahkan di dalam video tersebut, kondisi air bah tersebut yang membuat jalur pendakian ke puncak Gunung Ciremai dari 4 titik ditutup sementara.

BACA YUK:  Jelang Idulfitri, Pemda Kota Cirebon Pastikan Stok Pangan Aman

“Kejadian air bah ini menjadi bahan pertimbangan jalur pendakian gunung Ciremai masih ditutup,” tulis mereka di akhir video tersebut.

Sebelumnya, Balai Taman Nasional Gunung Ciremai bersama Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Linggarjati mengecak kondisi jalur pendakian via Linggarjati Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan Jawa Barat, Sabtu (7/12/2019).

Dalam perjalanan tersebut, tim menemukan sejumlah jalur pendakian belum layak untuk dilalui seperti di Jalur Transit Shelter Sanggabuana hingga TC Batulingga.

“Ada bekas air bah di sekitar Transit Shelter Sanggabuana hingga TC Batulingga. Ini berbahaya. Karena saat hujan turun di area puncak, maka jalur pendakian menjadi sungai,” ungkap Dwi Suryana, Supervisor Jalur Linggarjati.

BACA YUK:  Pj Wali Kota Apresiasi Spectrum SMPN 1 Cirebon sebagai Ajang Kreativitas Siswa

Tidak hanya jalur Linggarjati, petugas dan mitra masyarakat pun turut meninjau langsung tiga jalur lainnya yaitu Apuy, Palutungan dan Linggasana. Petugas yang naik dari empat jalur ini bertemu di puncak untuk menyampaikan kondisi jalur yang dilalui.

Tim mencatat selama perjalanan menuju puncak gunung nyaris tidak ada pepohonan, semak dan ilalang yang bisa menjadi stopper atau penahan air jika hujan turun di puncak. Kondisi tersebut diakui tim rentan menimbulkan air bah yang mengancam aktivitas pendakian saat hujan.

Foto IG: @gunung_ciremai

“Pada lereng sebagian kawasan puncak nyaris tidak ada lagi pepohonan, semak dan ilalang. Tanah sangat gembur dan mudah longsor saat diinjak. Sangat berbahaya,” ujar Harley Sastha, anggota tim.

BACA YUK:  Di Gedung Jaya Suprana Institute, SMSI Paling Awal Menerima Penghargaan MURI

Sementara, pihak Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) membenarkan penutupan empat jalur pendakian ke puncak Gunung Ciremai. Meski saat ini kondisinya dalam masa pemulihan ekosistem namun pihaknya belum memastikan kapan jalur tersebut dibuka untuk umum.

“Di awal musim hujan ini beberapa flora seperti Cantigi (ericaceae), Edelweiss (Anaphalis Javanica) dan rumput mulai tumbuh kembali di area eks kebakaran puncak. Hal ini menandakan pemulihan ekosistem secara suksesi alami baru saja dimulai,” terang Kuswandoro, Koordinator Balai Taman Nasional Gunung Ciremai dalam siaran persnya.

Gunung Ciremai dengan ketinggian 3.046 mdpl merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Gunung ini kerap dijadikan area pendakian bagi pengunjung dari berbagai Kota di Indonesia, khususnya yang ingin merayakan tahun baru maupun 17 Agustus di puncak. (AC350)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *