Inilah Tradisi Saji Maleman yang Masih Dilakukan Keraton Kasepuhan

Cirebon,- Tepat 20 Ramadan atau tanggal (5/6/2018) Keraton Kasepuhan Cirebon menggelar Tradisi Saji Maleman.

Permaisuri dan ibu-ibu Keraton Kasepuhan menyiapkan ukup, lilin, kapas, minyak kelapa, untuk dikirim ke Makam Sunan Gunung Jati Cirebon.

Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Cirebon, PRA. Arief Natadiningrat mengatakan tradisi Saji Maleman dalam rangka menyambut Malam Lailatul Qodar.

“Kegiatan diawali dengan pembuatan ukup untuk wewangian ruangan yang dibakar di dalam dupa,” ujarnya, Selasa (5/6/2018).

Ia menjelaskan, ukup terbuat dari kayu-kayuan, akar-akaran yang wangi, kemudian dicacah dan disangrai dengan gula merah.

BACA YUK:  Bansos BBM Cair, Ojol dan Pengemudi Angkot di Kota Cirebon Terima Rp 450 Ribu

“Sedangkan, lilin dinyalakan setiap malam tanggal ganjil di Makam Sunan Gunung Jati sampai dengan makan Sultan Sepuh XIII,” jelasnya.

Selain itu, delepak terdiri dari kapas dan minyak kelapa yang dinyalakan setiap malam tanggal ganjil di pintu cungkup Makam Sunan Gunung Jati sampai dengan pintu cungkup makam Sultan Sepuh XIII.

“Tradisi likuran di setiap bulan Ramadan
adalah dalam rangka menyambut malam lailatul qodar, yakni turun ribuan malaikat ke bumi membawa keberkahan dan kemuliaan,” bebernya.

Sehingga, kata Sultan Sepuh XIV, untuk menyambut malam yang mulia tentu kita harus siap, harus wangi, bersih, melek, terang, dan tentunya dengan sholat, dzikir serta doa.

BACA YUK:  Lakukan Pengawasan, Bawaslu Kota Cirebon Pastikan Pendistribusian Logistik Pemilu Aman

“Semoga, di bulan yang baik ini kita bisa bertemu dengan lailatul qadar, insyaallah,” tutupnya. (AC212)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *