Inilah Tradisi di Keraton Kasepuhan Cirebon Sambut Datangnya Bulan Ramadan

Cirebon,- Setelah dua tahun tidak menggelar tradisi dugdag karena pandemi COVID-19, Keraton Kasepuhan Cirebon kembali melakukan tradisi menyambut bulan Ramadan. Sebelum pandemi, tradisi dugdag dilakukan pada tahun 2019 bersama Almarhum Sultan Sepuh XIV P.R.A. Arief Natadiningrat.

Tradisi dugdag tahun 2022 yang diselenggarakan di Langgar Agung Keraton Kasepuhan Cirebon ini dipimpin oleh Patih Sepuh Keraton Kasepuhan, PR. Goemelar Soeriadiningrat, Sabtu (2/4/2022).

Tradisi dugdag atau menabuh bedug di Keraton Kasepuhan Cirebon merupakan tanda masuknya bulan puasa Ramadan, serta untuk membangunkan sahur. Tradisi ini selalu dilakukan setiap tahun, dengan pemukulan bedug dilakukan secara bertalu-talu.

BACA YUK:  Bentuk Kepedulian, DPC Partai Demokrat Kabupaten Cirebon Gelar Santunan dan Buka Puasa Bersama Anak Yatim

“Insyaallah besok 3 April 2022 akan memasuki bulan suci Ramadan. Kami, Keraton Kasepuhan Cirebon menyambut bulan penuh ampunan dan berkah dengan mengadakan tradisi dugdag,” ujar Patih Sepuh, PR Goemelar kepada pewarta, Sabtu (2/4/2022).

Tradisi Dugdag di Keraton Kasepuhan

Pelaksanaan tradisi dugdag, kata Patih Sepuh, dilaksanakan selepas Salat Ashar. Tradisi ini menyambut gembira di bulan Ramadan sesuai dengan sabda Rasulallah SAW, bahwa kalau memasuki bulan Ramadan harus dengan hati gembira.

Selain itu, tambah Patih Sepuh, makna dari tradisi dugdag ini untuk memberitahukan kepada khalayak ramai. Tradisi ini sudah dilakukan sejak zaman Wali Songo atau sudah ratusan tahun.

BACA YUK:  Pemdes dan Karang Taruna Desa Cirebon Girang Berbagi Takjil kepada Masyarakat

“Intinya tradisi dugdag ini, sejak jaman Sunan Gunung Jati, sebagai umat Muslim menyambut datangnya bulan suci Ramadan dengan gembira. Karena, diantara bulan-bulan lainnya, bulan suci Ramadan merupakan bulan yang penuh ampunan dan keberkahan,” katanya.

Selama bulan Ramadan tahun ini, menurut Patuh Sepuh, kegiatan-kegiatan tradisi yang ada di Keraton Kasepuhan akan dilaksanakan dengan protokol kesehatan.

“Seperti tadarusan setiap malam setelah Salat Tarawih, kemudian akan ada tradisi maleman. Tradisi maleman ini akan menyalakan lilin pada tanggal ganjil di hari kedua puluh untuk menyambut malam Lailatul Qodar,” tandasnya. (HSY).

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *