Ini Penjelasan Kepala BPS Kota Cirebon Terkait Indeks Harga Konsumen (IHK)

Malang,- Kegiatan Capacity Building yang diselenggarakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Cirebon di Kota Batu, Malang, Jawa Timur menghadirkan narasumber dari bidang masing-masing.

Acara Capacity Building sudah berlangsung sejak kemarin (18/4) di Pohon Inn Hotel, Batu Malang. Pada hari kedua ini kegiatan diisi oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cirebon dengan tema Indeks Harga Konsumen (IHK).

Pada kesempatan tersebut Imron Budianto Kepala BPS Kota Cirebon menjelasakan, inflasi adalah perubahan positif Indeks Harga Konsumen (IHK), sedangkan sebaliknya adalah deflesi.

Lebih lanjut, perubahan IHK menggambarkan perubahan harga eceran barang dan jasa secara umum yang diwakili oleh sekeranjang barang dan jasa yang memiliki proporsi paling besar dan penting dalam pengeluaran rumah tangga.

BACA YUK:  Kapolres Cirebon Kota Hadiri Tarhim Forkopimda Kota Cirebon di Masjid Jami Al-Bahar

“Perubahan harga diperoleh dari hasil survei harga konsumen yang dilakukan secara mingguan, dwimingguan, dan bulanan,” ujarnya saat memberikan materi, Kamis (19/4/2018).

Menurutnya, untuk menghasilkan suatu indikator disagregasi inflasi ada 3, di antaranya inflasi inti, inflasi harga diatur pemerintah, dan inflasi harga bergejolak.

Ia menjelaskan, inflasi inti yaitu inflasi yang cenderung menetap atau persisten dipengaruhi oleh faktor fundamental seperti interaksi permintaan- penawaran, nilai tukar, harga komoditif internasional inflasi mitra dagang, serta ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen.

Kedua, Inflasi harga diatur pemerintah, yang mana inflasi harga diatur pemerintah dominan dipengaruhi oleh kejutan berupa kebijakan harga pemerintah, seperti BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dll.

BACA YUK:  Hibur Penumpang KA, Daop 3 Cirebon Hadirkan Live Music hingga Pojok Baca

“Dan ketiga, Inflasi bergejolak yang dominan dipengaruhi oleh kejutan dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas,” jelasnya.

Kegunaan data inflasi, kata dia, salah satu indikator ekonomi makro dalam Asumsi Dasar Ekonomi Makro (ADEM) yang menjadi acuan dalam menyusun berbagai komponen dari postur APBN. Termasuk untuk komponen pembiayaan APBN.

“Data inflasi digunakan untuk menilai sejauh mana program pengendalian inflasi pemerintah daerah berjalan efektif,” bebernya.

BACA YUK:  Nasi Jamblang IB Hadir di Cipto Park dengan Suasana Nyaman dan Parkir Luas

Selain itu, data inflasi juga digunakan untuk deflator pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk membandingkan tingkat pengeluaran nyata antarnegara.

“Salah santu contoh dampak inflasi rendah dan stabil, tentu keinginannya adalah pendapatan naik kesejahteraan meningkat,” ugkapnya.

POPULER

“Penyebab inflasi atau deflesi di Indonesia dipengaruhi oleh pengaruh musiman, pengaruh distribusi seperti bencana alam, infastruktur dan keamanan, administered prices, perubahan nilai tukar rupiah, suhu politi/rumor, dan abnormal profit,” imbuhnya. (AC212)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *