Hasil Survey ARFI Institut, Elektabilitas Kandidat Calon Walikota Bersaing Ketat

Cirebon,- Menjelang Pemilihan Walikota Cirebon 27 November 2024, survei terbaru dari ARFI Institut mengungkapkan hasil elektabilitas para kandidat Calon Walikota Cirebon bersaing sangat ketat.

Survey yang dilakukan pada 1-21 Mei 2024 atas data pemilih pada Pemilu Legislatif 2024 sekitar 250 ribu, dan ARFI Institut mengambil sampel 1.100 responden yang disebar se-Kota Cirebon dengan margin eror 3% memotret hasil elektabilitas kandidat calon dan prioritas pembangunan yang harus segera diselesaikan oleh kepala daerah.

Hasil survey ARFI Institut menunjukan bahwa untuk elektabilitas kandidat calon walikota jika Pilkada dilakukan saat ini menempatkan posisi Effendi Edo (31%), Hediyana Yusuf (16%), Eti Herawati (8,1%), Agus Mulyadi (5,4%), Fitria Pamungkaswati (4,5%), Sri Budiharjo Hermawan (4,5%) dan kandidat calon lainnya (19%) serta yang tidak tahu (11%).

Unggul sementara Effendi Edo dan bersaing ketat dengan Hediyana Yusuf melampaui Eti Herawati yang notabene adalah imcumbent pada Pilkada mendatang.

BACA YUK:  Hadapi Pilkada Serentak 2024, PAN Kota Cirebon Lakukan Kunjungan ke Partai Golkar Kota Cirebon

Adapun keunggulan elektabilitas Effendi Edo karena secara dukungan responden merata di masing-masing kecamatan, harapan perubahan di Kota Cirebon lewat pengalaman, kinerja dan prestasinya saat menjabat di ASN Provinsi.

Sementara Hediyana Yusuf, lewat pengalamannya di bidang pendidikan sudah tidak perlu diragukan lagi dan juga selaras dengan harapan masyarakat yang tinggi untuk perbaikan serta kemajuan pendidikan di Kota Cirebon.

Sementara, elektabilitas Eti Herawati yang diluar dugaan atas temuan survey di lapangan menurun dibandingkan kandidat yang lain karena ada ketidakpuasan masyarakat atas kinerja Eti selama memimpin bersama Nasrudin Azis. Adapun secara popularitas jelas Eti paling tinggi dibandingkan para kandidat calon lainnya jelang Pilkada.

Sementara Agus Mulyadi yang notabene birokrat menjadi harapan baru masyarakat Kota Cirebon dengan kapasitas dan pengalamannya. Juga dengan Fitria Pamungkaswati dan Sri Budiharjo Hermawan yang diharapkan masyarakat ada perubahan dan perbaikan untuk Kota Cirebon dimasa yang akan datang.

BACA YUK:  PDI Perjuangan dan Golkar Bangun Koalisi Jelang Pilkada Kota Cirebon 2024

Hal itu diungkapkan Dr. Iskandar Zulkarnae, M.Si selaku Direktur ARFI Institut, hasil survei menunjukkan trend yang menarik.

“Trend nya sangat menarik hasil temuan survey dilapangan. Dimama Effendi Edo dan Hediyana Yusuf mampu melampaui Eti Herawati untuk elektabilitasnya,” ujarnya.

Masih kata Dr Iskandar Zulkarnaen, dari hasil survei tersebut, terdapat kandidat yang berhasil menarik perhatian masyarakat dengan elektabilitas yang cukup tinggi. Namun, dia juga menekankan bahwa masih ada ruang untuk perubahan signifikan mengingat Pemilihan Walikota Cirebon masih beberapa bulan lagi.

Survei tersebut juga menggambarkan preferensi masyarakat terhadap isu-isu kunci yang mereka anggap penting dalam memilih pemimpin. Hal ini memberikan gambaran tentang dinamika politik lokal dan faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi hasil nanti dalam pemilihan Walikota Cirebon.

BACA YUK:  Kontingen Kota Cirebon Siap Berlaga di Popwilda Jawa Barat 2024 di Kuningan

“Tentu, kedepan akan sangat dinamis. Mengingat, masih belum turun rekomendasi dan penetapan pasangan calon walikota untuk Pilkada. Jelas, ini sangat menarik dan di Kota Cirebon perubahannya sangat cepat dan dinamis,” terangnya.

ARFI Institut, kata dia, berkomitmen untuk terus melakukan pemantauan terhadap elektabilitas para kandidat dan dinamika politik lokal di Cirebon guna memberikan informasi yang akurat dan bermanfaat bagi masyarakat serta para pemangku kepentingan dalam proses demokrasi. “Kami tetap menjaga komitmen dan independensi untuk menyajikan data serta informasi yang akurat bagi masyarakat dan pemangku kepentingan di pesta demokrasi,” paparnya.

Adapun hasil survey ARFI Institut untuk program prioritas utama yang harus diselesaikan oleh kepala daerah diantaranya insfrastruktur (27,5%), pendidikan (20,6%), lapangan kerja/pengangguran (17,6%), kebutuhan pokok (14,7%), kesehatan (7,8%) dan lainnya (11,8%). (***)

 

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *