Gandeng BNPB, Selly Inisiasi Rencana Aksi Mitigasi Bencana di Ciayumajakuning

Cirebon,- Banjir yang terjadi di sejumlah titik di Kabupaten Cirebon beberapa waktu lalu seakan jadi persoalan rutin yang tak kunjung diselesaikan. Bencana serupa juga terjadi cukup parah di Indramayu. Penanganan secara terintegrasi dan komprehensif dinilai mendesak dilakukan.

Di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning), selain bencana banjir, tanah longsor dan angin kencang turut menghantui. Sayangnya, penanganannya hanya di level masing-masing daerah, tanpa terintegrasi satu sama lainnya. Belum lagi upaya mitigasi yang belum optimal.

Untuk itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggelar Forum Group Discussion (FGD) Desain Mitigasi Bencana di Wilayah Ciayumajakuning. Acara dihadiri oleh sejumlah pejabat dari kementerian terkait, pemerintah provinsi, serta pemerintah daerah di Ciayumajakuning.

“Target utamanya adalah menyusun desain mitigasi bencana berbasis interkonektivitas program pusat dan daerah,” ujar Anggota Komisi VIII DPR RI, Selly Andriany Gantina di sela-sela Forum Group Discussion (FGD).

BACA YUK:  Cirebon Power Kembali Bagikan Ribuan Bingkisan Idulfitri untuk Warga

Menurut Selly, Mitigasi bencana di wilayah Ciayumajakuning harus terkoneksi dan terintegrasi, baik dari pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten/kota.

“Melalui FGD ini kita rumuskan kesimpulan, rencana aksi untuk mitigasi maupun penanganan bencana. Selanjutnya kesimpulan ini untuk pemerintah daerah, provinsi maupun pusat. Agar semua program penanggulangan bencana itu terintegrasi,” katanya.

Sementara itu, Deputi bidang pencegahan BNPB, Lilik Kurniawan mengapresiasi inisiasi Selly untuk pihaknya mengadakan FGD tersebut. Menurutnya, upaya preventif dalam penyikapan terhadap potensi bencana sangatlah penting. Termasuk penanganan secara komprehensif dan terintegrasi.

“Ini salah satu pemikiran cerdas. Biasanya kita hanya berpikir responsif. Tapi beliau (Selly, red) berpikir, harus preventif juga. Tidak bisa parsial masing-masing lembaga, maka harus dibicarakan secara sinergi. Makanya kita buat FGD ini,” ungkap Lilik.

BACA YUK:  Bupati Imron Lantik 51 Pejabat di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Cirebon

Ia mengakui, tidaklah mudah menyusun rencana aksi bersama lintas daerah. Namun jika semua pihak berkomitmen, bisa direalisasikan bersama. Hal yang patut diperhatikan juga adalah sinkronisasi rencana aksi tersebut dengan rencana pembangunan di semua tingkatan.

“Konsekuensi kita tinggal di Indonesia, memang harus prepare terhadap ancaman bencana. Negara kita memang kaya raya, tapi memiliki konsekuensi potensi bencana,” katanya.

Lilik juga mengakui, ancaman bencana hidrometrologi yang mengintai sejumlah daerah di Indonesia tidak bisa hanya diselesaikan oleh masing-masing daerah secara mandiri. Dibutuhkan solusi yang permanen, terintegrasi dan melibatkan semua pihak.

“FGD ini tujuannya kita memiliki grand design yang memuat rencana aksi, tidak hanya tahun ini, tapi tiga atau lima tahun ke depan,” katanya. Disebutkan Lilik pula, potensi banjir memang ada di sekeliling wilayah Pantura.

Di tempat yang sama, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung (BBWS-CC), Ismail Widadi mengatakan, banjir yang terjadi di wilayah Ciayumajakuning dipicu limpasan air dari sungai. Penampang sungainya tidak mampu menampung debit air tinggi.

BACA YUK:  Local Heroes hingga Juara Superstar dan Superpreneur Siap Meriahkan Cirebon

“Secara umun, faktor utamanya sebagaimana BMKG menyampaikan, karena curah hujan yang ekstrem dimana-mana. Bukan hanya di Ciayumajakuning. Tapi se-Indonesia mengalami hujan ekstrem,” ungkap Ismail.

Kalau di Ciayumajakuning, sambung Ismail, kondisi daerahnya dataran. Sehingga relatif tergenang. “Bagaimana caranya? Buat drainase sebagus mungkin. Kalau daerahnya relatif landai, ada kelerengan, sungainya diperdalam, dilebarkan, airnya akan lebih cepat ke laut,” jelasnya.

Dari 25 sungai yang ada di bawah kewenangan BBWSCC memiliki tingkat sedimentasi yang merata. Untuk mengurangi potensi banjir diantaranya dengan membangun bendungan di Kuningan, sampai ke pembangunan waduk Jatigede. “Ini efektif menampung air,” tegasnya. (AC212)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *