Era Digital Sudah Mulai Menggeser Pasar Konvensional

Cirebon,- Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Cirebon menggelar Temu Responden 2018 yang berlangsung di Ruang Serba Guna Sasana Gunung Jati, KPw BI Cirebon, Jalan Yos Sudarso, Kota Cirebon, Senin (23/4/2018).

Acara dengan mengangkat tema “Berbisnis di Era Digital, Siapa Takut?” diisi oleh Dewa Eka Prayoga selaku CEO Billionaire Coach, perusahaan yang bergerak di Bidang Konsultasi Bisnis.

Pada pemaparannya, Dewa Eka Prayoga mengatakan, diprediksi sekitar 10 tahun lagi orang-orang sudah bergeser ke digital atau online, namun sekarang saja sudah terlihat geliatnya.

“Jadi, kalau kita diam saja tidak bergerak dan berubah, tinggal tunggu saja. Karena sekarang terasa eranya sudah bergeser,” ujarnya.

BACA YUK:  Bagi Pecinta Ramen, RamenQu Cirebon Bisa Jadi Pilihan Utama

Lanjut dia, eranya sudah serba digital semua, akses internet sangat mudah, dan aplikasi-aplikasi semakin bermunculan. Ini bisa mengancam sekarang yang sudah terlalu kuno promosi dengan cara konvensional.

Sekarang saja, kata dia, pasar konvensional sudah banyak yang tutup, seperti fashion dan elektronik yang sekarang bisa dibeli di market place.

“Sejauh ini, kendala pengusaha yang ingin beralih ke online karena gagap teknologi (gaptek), merasa diri tidak bisa menjalani teknologi, kalaupun ada juga kendalanya adalah tidak mempunyai mentor yang tepat,” jelasnya.

BACA YUK:  Kerja Sama dengan Cirebon Tiket, Sociamedic Clinic Berikan Harga Spesial Treatment Hemat

“Tantangan terbesar adalah proses belajar dan pada diri sendiri yang tidak mau berubah,” imbuhnya.

Ia menjelaskan, bila minat kita agar tumbuh dan berkembang di era digital seperti sekarang ini adalah minat kita harus direset ke pasar. Jadi seperti bahasa di digitalnya, semua produk yang dipasarkan harus divalidasi terlebih dahulu ke market.

“Jangan menjual sesuatu yang memang tidak diminati pasar. Kalau pengen laris jualannya, juallah sesuatu yng dibutuhkan market,” bebernya.

Dewa menambahkan, untuk awal-awal ingin memulai bisnis, carilah yang tidak ada risikonya. Misalkan dropship terlebih dahulu, kontak dengan suplayer, dan vendor. Kemudian cari produknya untuk dipasarkan dengan bermodal foto.

BACA YUK:  Solusi Jaga Kesegaran Makanan Lebih Lama, MODENA Luncurkan Kulkas RF 2650 TGDS di Jawa Barat

Kalau sudah mulai ada keberanian, barulah mulai stok barang. Dari dropship, kata Dewa, baru naik menjadi reseller. Kemudian, sudah menjadi reseller jadi agen terlebih dahulu dan produk keluar banyak dan modalnya banyak baru buat brand sendiri.

“Jangan tiba-tiba buat brand sendiri, santai aja ikuti prosesnya. Karena sekarang serba mudah di era digital seperti sekarang ini, asal ada kemauan,” tutupnya. (AC212)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *