Cara Sederhana Untuk Melihat Adanya Formalin Dalam Produk Makanan Yang Di Jual Pada Pasar Tradisional⁣

Indonesia merupakan Negara dengan mayoritas masyarakanya berprofesi sebagai pedagang, petani dan nelayan. Masyarakat Indonesia kebanyakan mengkonsumsi makanan dari apa yang mereka peroleh, yaitu dari bercocok tanam ataupun memancing di laut. Seperti halnya kedelai yang di olah menjadi beberapa produk makanan seperti tahu, tempe, kecap, susu dan yang lainnya. Untuk hasil laut yang di peroleh biasanya di jual kembali pada masyarakat di pesisir pantai, ada pula yang di buat ikan asin. Ikan asin juga menjadi makanan yang digemari masyarakat.⁣

Makanan merupakan salah satu sumber energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Makanan yang baik itu memiliki gizi yang tinggi, sehingga dapat berpengaruh pada tingkat kesehatan. Makanan hasil olahan masyarakat baik dari darat maupun laut, di olah secara sederhana, sehingga hanya bertahan beberapa hari saja. Namun demikian terdapat makanan yang di olah dengan penambahan pengawet , baik pengawet alami ataupun pengawet yang seharusnya tidak berada pada makanan, diantaranya bahan pengawet seperti formalin. ⁣

Formalin sering digunakan untuk bahan pembersih lantai, pembuatan perabotan rumah tangga, pembasmi serangga dan sebagai bahan pengawet lainnya. Menurut Mawar (2017) Formalin merupakan bahan kimia yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Efek pada tubuh berupa iritasi pada saluran pernapasan, muntah-muntah, pusing dan terasa terbakar pada tenggorokan. Konsumsi produk makanan yang mengandung formalin secara terus menerus dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal. Penyalahgunaan formalin biasanya dilakukan untuk keuntungan dagang dan meminimalkan biaya kerugian akibat makanan yang tidak laku dijual. Selain itu formalin digunakan karena mudah didapat, harganya murah dan memiliki kemampuan yang baik dalam mengawetkan makanan. ⁣

Penggunaan formalin sendiri pada makanan telah dilarang dalam Permenkes Rl No.235/Menkes/Per/VI/79, serta dalam peraturan Menteri Kesehatan Rl No. 772/Menkes/Per/XI/88, kandungan formalin dalam produk makanan harus negatif (BPOM, 2010). Ambang batas aman formalin di dalam tubuh menurut International Programme on Chemical Safety (IPCS), yaitu lembaga khusus PBB yang bertugas mengontrol keselamatan penggunaan bahan kimiawi, dalam bentuk cairan adalah 1 mg/liter, sedangkan dalam bentuk makanan untuk orang dewasa adalah 1,5 -14 mg/hari. Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) mengelompokkan formalin sebagai zat karsinogenik berdasarkan studi paparan melalui pernafasan. ⁣

Pemeriksaan formalin secara sederhana dapat dilakukan dengan cara membuat ekstrak dari ubi jalar ungu, stroberi, buah naga, dan anggur. Untuk pemeriksaan kali ini digunakan buah naga sebagai indikator adanya formalin, sampel yang di beli dari pasar di haluskan dan di beri sedikit air kemudian di ambil sarinya. Gunakan tissue untuk proses pemeriksaan, rendam tissue pada ektrak buah naga kemudian ditambahkan sari sampel diatasnya, di tunggu hingga 5 menit lihat perubahannya. Sampel yang digunakan berupa sampel makanan olahan seperti tahu, sosis, udang rebon, mie basah dan ikan asin. Hasil akhir dimana sampel yang mengandung formalin, maka tissue akan teteap berwarna merah, jika sampel tidak mengandung formalin, warna tissue memudar sedikit pucat dari warna merah menjadi merah muda. Sampel yang dinyatakan positif formalin yaitu sampel sosis dan juga ikan asin.⁣

Dewi (2019) Buah naga merupakan buah yang mengandung antosianin (pigmen yang larut dalam air). Zat pewarna alami antosianin merupakan senyawa flavonoid yang tergolong ke dalam turunan benzopiran. Sifat formalin dan antosianin sama-sama memiliki sifat asam sehingga tetap menstabilkan warna antosianin kulit buah naga. Antosianin memiliki pH sekitar 2-3 hampir sama dengan pH formalin. Sifat asam formalin akan menyebabkan warna antosianin tetap merah pada pH 1 dan pH diatas 4 akan memberikan warna violet.⁣

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan pada beberapa makanan dari beberapa pasar tradisional, terdapat beberapa sampel yang dinyatakan positif mengandung formalin. Penggunaan formalin yang berbahaya nampaknya belum banyak disadari di kalangan masyarakat. Oleh karena itu diharapkan masyarakat umum dapat lebih hati-hati dan selektif dalam memilih makanan dengan melihat kualitas gizi, kebersihan dan bentuk fisiknya, selain itu masyarakat dapat menggunakan ekstrak kulit buah naga untuk deteksi sederhana formalin pada makanan.⁣

Penulis : Nurul Marifah (1811304070) l Kelompok 24⁣
Dosen Pembimbing : Mochammad Reza Desianto, S.Tr.AK⁣
Mahasiswa Teknologi Laboratorium Medis, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta⁣

Bagikan:
BACA YUK:  Harga Beras di Kota Cirebon Berangsur Turun, Harga Telur Ayam Ras Meningkat

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *