BMKG : Awal Musim Hujan Waspadai Angin Besar dan Sambaran Petir

Cirebon – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Jatiwangi mengimbau masyarakat di Wilayah Pantura Jawa Barat untuk mewaspadai angin puting beliung dan sambaran petir. Pasalnya, intensitas hujan disertai angin kencang berpotensi terjadi saat peralihan cuaca.

Forecaster BMKG Stasiun Meteorologi Jatiwangi Ahmad Faa Idzyn mengatakan awal musim hujan lebih rentan ancaman angin besar dan sambaran petir. Pada awal peralihan musim pancaroba mulai nampak tanda-tanda angin puting beliung.

“Dua ancaman itu (angin puting beliung dan sambaran petir) terjadi pada masa pancaroba atau transisi dari kemarau ke musim hujan. Masyarakat diimbau untuk lebih berhati hati,” ujar Ahmad Faa Idzyn yang dihubungi, Kamis (5/12/2019).

BACA YUK:  Jadwal Bioskop Cirebon 5 Maret 2024, Jangan Lewatkan Film Terpopuler Exhuma

Pria yang akrab disapa Faiz ini menambahkan, tanda-tanda puting beliung dilihat dari adanya awan cumulus, meski masih nampak kecil. “Awan ini (cumulus, red) bisa menjadi awan cumulonimbus yang dapat memicu terjadinya angin puting beliung,” ujarnya.

Awan jenis cumulonimbus ini ciri-cirinya berwarna pekat. Oleh karena itu, ketika melihat awan seperti itu warga diharapkan lebih berhati-hati karena bisa berpotensi terjadinya angin puting beliung. Terkait bencana alam, pihaknya sudah berkoordinasi dengan instansi terkait sebagai antisipasi datangnya bencana yang sewaktu-waktu bisa terjadi.

Sedangkan untuk di daerah pesisir Pantura, diprediksi hingga dua hari ke depan, akan terjadi hujan pada waktu siang hingga malam hari. Ini karena sekitar 75 persen wilayah Indonesia mengalami keterlambatan masuk musim hujan.

BACA YUK:  Indonesian Heritage Agency Mulai Revitalisasi Museum Song Terus

“Untuk sebagian besar wilayah Pulau Jawa memasuki musim hujan pada dasarian I atau 10 hari pertama dan dasarian II atau 10 hari kedua bulan Desember ini, termasuk wilayah Cirebon dan sekitaranya. Suhu berkisar antara 25 sampai 36 derajat celcius,” terang Ahmad Faa Idzyn

Diterangkan Faiz, kondisi iklim Indonesia sangat dikontrol kondisi suhu muka air laut di Samudera Hindia sebelah Barat, Barat Daya Pulau Sumatera dan Samudera Pasifik, serta perairan laut Indonesia.

Fenomena keterlambatan musim hujan terjadi karena rendahnya suhu permukaan laut daripada suhu normalnya yang berkisar antara 26 – 27 derajat celcius di wilayah perairan Indonesia bagian selatan dan barat, sehingga berimplikasi pada kurangnya pembentukan awan.

BACA YUK:  Stabilkan Harga Beras, Pemda Kota Cirebon akan Segera Gelar Operasi Pasar Murah

“Ini yang menyebabkan keterlambatan datangnya musim hujan. Tapi pada akhir November dan awal Desember ini suhu permukaan air laut sudah kembali menghangat dan memicu pembentukan awan hujan. Prediksi hujan untuk sepanjang tahun 2020 cendrung mempunyai pola yang sama dengan normal. Awal musim hujan akhir 2019 telah diperkirakan akan lebih mundur dari normalnya pada tahun 2018. Puncak musim hujan diprediksi pada Januari-Februari 2020,” terangnya.

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *