Bentuk Kepedulian, IKA Santa Maria Gelar Bakti Sosial Operasi Celah Bibir Sumbing

Cirebon,- Sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama, Ikatan Alumni Santa Maria (IKA Sanmar) Kota Cirebon menggelar operasi celah bibir sumbing. Kegiatan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-65 Santa Maria tersebut, bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Panti Adi Dharma (RSU PAD) Kota Cirebon.

Pasien yang terdaftar untuk mengikuti operasi celah bibir sumbing sebanyak 23 pasien. Namun, dari 23 pasien yang terdaftar, hanya ada 15 pasien lolos tahap skrining.

Ketua IKA Santa Maria Cirebon, Chatarina Gina Rimba mengatakan bakti sosial operasi celah bibir sumbing ini dalam rangka HUT ke-65 Santa Maria Cirebon. Selain operasi gratis celah bibir sumbing, lanjutnya, akan diselenggarakan juga reuni semua angkatan pada 20 Agustus 2022 dan edukasi tentang pernapasan yang diisi oleh pelatih Yoga dari India.

“Dipilihnya kegiatan ini, kami tergerak bahwa orang yang terlahir dan memiliki kekurangan bibir sumbing ini, masa depannya terganggu. Sehingga, bagaimana kita bisa berkontribusi untuk sesama,” ujar Gina saat ditemui About Cirebon, Jumat (5/8/2022).

BACA YUK:  Info Loker! Lowongan Kerja Terbaru untuk Tiga Negeri Music House di Bulan Maret 2024

Gina menjelaskan proses operasi celah bibir sumbing ini diawali dengan skrining pasien, kemudian dilakukan pengecekan laboratorium, hingga pemeriksaan thorax. Setelah pasien lolos skrining, langsung masuk ruangan dan dibuatkan jadwal operasi.

“Untuk proses skrining dan pemeriksaan laboratorium dilakukan tanggal 5 Agustus 2022. Jika pasien lolos proses skrining langsung dijadwalkan operasi pada hari Sabtu 6 Agustus 2022,” kata Gina.

Menurut Gina, pasien operasi celah bibir sumbing yang terdaftar mencapai 23 pasien. Akan tetapi, ada lima pasien yang tidak bisa hadir dan tiga pasien tidak lolos skrining, sehingga kata Gina, total pasien yang mengikuti bakti sosial ada 15 pasien.

“Total ada 15 pasien dari wilayah Cirebon dan sekitaranya yang lolos mengikuti operasi celah bibir sumbing. Sebenarnya yang mendaftar ada 23 orang, tapi ada 5 orang yang tidak hadir dan 3 orang tidak lolos skrining,” katanya.

BACA YUK:  Tingkatkan Brand dan Bisnis UKM, Telkomsel Gelar Lokakarya 3rd Digital Creative Entrepreneurs

Pihaknya berharap dengan kegiatan bakti sosial operasi celah bibir sumbing, anak-anak yang masa depannya terganggu bisa diperbaiki. Mudah-mudah kegiatan ini bisa bermanfaat.

dr. Eni Malonda, MM, MARS, Direktur RS Panti Adi Dharma (PAD) Cirebon sangat mendukung kolaborasi antara IKA Santa Maria dengan RSU PAD yaitu operasi celah bibir sumbing. Karena, kata dr. Eni, kegiatan ini sangat bermanfaat dan dibutuhkan bagi penderita yang mengalami celah bibir sumbing.

“Setelah kami dihubungi oleh IKA Sanmar, kami langsung melakukan persiapan dan koordinasi semua untuk pelaksanaan operasi celah bibir sumbing ini,” ujar dr. Eni.

RSU PAD, kata dr. Eni, memberikan partisipasi dengan menyediakan proses skrining pasien, menyiapkan ruang operasi sesuai kebutuhan, termasuk fasilitas pemeriksaan laboratorium radiologi, dan rawat inap untuk pasien.

“Khusus untuk kegiatan operasi celah bibir sumbing, kami menyiapkan 4 bed operasi dengan 4 tim yang menangani. Jadi satu pasien ditangani oleh 1 tim dengan 4 orang yang terdiri dari dokter spesialis bedah mulut, dokter anestesi dan dua asisten,” kata dr. Eni.

BACA YUK:  Buka Forum Setda Jabar, Momentum Menyamakan Visi Bangun Jawa Barat

Sementara itu, dr. Ignatia Karina, selaku dokter anestesi yang menangani skrining pasien mengatakan total pasien yang kita skrining dari anestesi ada 18 pasien. Dari 18 pasien, kata dr. Ignatia, ada 3 pasien yang tidak lolos skrining.

“Kami tadi melakukan skrining kepada 18 pasien, dari 18 pasien ada 3 yang tidak lolos. Jadi besok yang akan dioperasi ada 15 pasien,” ujar dr. Ignatia,  yang juga alumni Santa Maria Cirebon.

Menurut dr. Ignatia, tiga pasien yang tidak lolos skrining tersebut ada riwayat penyakit berat, penyakit jantung bawaan, dan beresiko bila dilakukan tindakan sekarang. Sebaiknya, tambah dr. Ignatia, dilakukan terapi terlebih dahulu, karena pasien sebelumnya tidak pernah tahu penyakit tersebut.

“Kalau dari anestesi, sebaiknya dalam kondisi fit dan tidak ada penyakit lain yang berat, yang akan membuat berat kondisi pasien,” pungkasnya. (HSY)

Bagikan:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *